Din Syamsudin: Bangsa Ini Perlu Strategi Kebudayaan

Din Syamsuddin

Semarang, Idola 92.6 FM – Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin di sela-sela Rapat Pleno Dewan pertimbangan MUI di Jakarta beberapa waktu lalu mengatakan kebudayaan Indonesia perlu dirawat agar cita-cita berbangsa dan bernegara tidak mengalami deviasi, distorsi, dan disorientasi.

Untuk mencapai kesatuan cita-cita itu, seluruh elemen bangsa termasuk umat Islam sebagai warga mayoritas, harus tetap menjaga khasanah kehidupan berbangsa yang berkemajemukan dalam kerangka yang adil dan setara, tanpa ada diktator mayoritas dan tirani minoritas.

Menurut Din, gejala deviasi, distorsi, dan disorientasi cita-cita bangsa itu antara lain tecermin dari belum diimplementasikannya Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Dalam kehidupan nasional, seperti ekonomi yg kita kembangkan apakah sesuai pasal 33 UUD 45. Apakah demokrasi kita juga sudah sesuai dengan isi Pancasila sila ke-4?” kata Din dalam Panggung Civil Society Radio Idola, Jumat (24/6).

Pada saat bersamaan, jati diri dan karakter keindonesiaan makin tergilas oleh kepentingan sesaat dan partisan. Kebudayaan Indonesia yang menempatkan religuisitas sebagai sumber utamanya seakan kehilangan substansi melihat segala problem bangsa belakangan ini.

Din menilai bangsa ini memerlukan strategi kebudayaan. Oleh karena itu kebudayaan yang dimiliki harus terus dirawat secara disipilin dan konsisten membangun kehidupan nasional sesuai dengan cita-cita para pendiri bangsa.

“Yang perlu dikoreksi agar harmoni adalah regulasi dan implementasi. Bagaimana merawat kemajemukan di negara kita dalam kehidupan bangsa dan agama,” cetus Din Syamsudin.

Upaya untuk merawat bangsa, menurut Din, harus dibentuk undang-undang sebagai penjabaran dari UUD 1945. Dia mengamati sejak reformasi ada 115 undang-undang yang bertentangan dengan UUD 1945 terutama dalam bidang sosial dan ekonomi.

“Dalam bidang ekonomi masak 1 persen dari penduduk ini menguasai 50 persen lebih aset nasional, Dominasi kelompok minoritas juga bertentangan dengan sila ke-5 Pancasila,” imbuhnya.

Baginya, tantangan terbesar bangsa ini dalam merawat harmoni kehidupan berbangsa dan bernegara yakni bagaimana merawat kemajemuka. Kehidupan berbangsa yang dibangun dari harmoni berbagai agama, suku, bahasa, dan budaya.

Agus Maladi Irianto
Agus Maladi Irianto

Sementara itu, Antropolog dari Undip Agus Maladi Irianto mengapresiasi gagasan dan pemikiran yang dikemukakan MUI perihal pentingnya disusun strategi kebudayaan. Menurut Ami, panggilan akrab Agus Maladi, Indonesia yang sudah merdeka lebih dari 70 tahun namun belum pernah memiliki strategi kebudayaan.

“Tantangannya sangat besar, munculnya era global dan kemudian kita belum merumuskan konsepnya seperti apa. Pengaruh globalisasi dari luar adalah itu merupakan sebuah keniscayaan,” tuturnya.

Dia berpendapat bahwa salah satu yang bisa menjadi landasan kebudayaan adalah pancasila sebagai dasar Negara. Pancasila merupakan penangkal yang efektif untuk strategi kebudayaan. (Heri CS/Diaz A)