KOSKOSAN (Kisah-Kisah Selingan) – Algojo Penentu Ibu Bayi

Adalah Abu Ali Al Hasan bin Hani Al Hakami, yang hidup dari tahun 750 hingga 810 Masehi (kurang lebih dua kurun setelah zaman ke-Nabian). Beliau lebih anda kenal sebagai Abu Nawas, seorang pujangga Arab yang dilahirkan di kota Ahvaz di negeri Persia, dengan darah Arab dan Persia mengalir di tubuhnya.

Kisah-kisah semasa hidupnya selalu menjadi hikmah, membuat orang tersenyum kegelian, atau membuat kening berkerut karena heran dan sekaligus kagum akan kecerdasannya.

Radio Idola mengangkat kisah-kisah Abu Nawas dalam KOS KOSAN (Kisah Kisah Selingan) yang ditayangkan selama bulan Ramadhan.

Pada suatu hari, Baginda Raja Harun dibuat bingung oleh pengakuan kedua orang ibu yang memperebutkan seorang bayi. Keduanya sama-sama bersikukuh bahwa ia merupakan ibu sebenarnya dari bayi tersebut. Langkah raja untuk menyidangkan sengketa tersebut juga menjadi buntu. Meskipun sudah dipaksa untuk bersumpah, namun kedua ibu itu nyaris baku hantam untuk memperebutkan bayi tersebut.

“Coba sebutkan ciri-ciri khusus dari bayi ini,” tanya Raja Harun.
“Di tangan kirinya terdapat tahi lalat sebesar mata ayam,” kata wanita pertama.
“Coba periksa aja di pantat bayi itu, pasti ada juga tahi lalat,” jawab wanita kedua.

Setelah diperiksa, ternyata kedua wanita tersebut sama-sama benar. Akibatnya sang raja menjadi kesulitan untuk menyelesaikan sengketa itu. Karena kasusnya yang bertlarut-larut, maka raja memanggil Abu Nawas. Beliau berharap kecerdikan otak Abu Nawas mampu menyelesaikan sengketa tersebut.

Keesokan harinya, Abu Nawas datang ke persidangan dengan membawa seorang algojo. Algojo tersebut membawa sebuah pedang yang terlihat sangat tajam. Setelah semua upaya gagal, Abu Nawas menempatkan bayi itu di atas sebuah meja. Lalu dipanggillah algojonya untuk bersiap-siap membelah bayi itu menjadi dua bagian.

“Apa yang akan engkau perbuat pada bayi itu?” tanya kedua wanita itu keheranan.
“Sekali lagi, sebelum saya mengambil tindakan khusus, apakah salah satu dari kalian bersedia mengalah dan menyerahkan bayi ini kepada yang memang berhak memilikinya?” tanya Abu Nawas.

“Tidak, bayi itu adalah anakku!” tutur kedua wanita itu serempak.
“Baiklah kalau kalian memang sungguh-sungguh menginginkan bayi ini dan tak ada yang mau mengalah, maka saya terpaksa akan membelah bayi ini menjadi dua bagian sama rata,” ancam Abu Nawas.

Di luar dugaan, wanita yang pertama senang bukan kepalang, sedangkan wanita yang kedua menjerit-jerit histeris.

“Baiklah, saya rasa itu keputusan yang adil,” ujar wanita yang pertama.
“Tolong jangan dibelah bayi itu, biarlah aku yang mengalah saja, asalkan bayiku tidak dibunuh,” ucap wanita yang kedua sambil memohon.

Melihat pemandangan tersebut, Abu Nawas bisa tersenyum lega karena sudah ditemukan siapa sebenarnya ibu dari bayi yang diperebutkan tersebut.

Segera saja Abu Nawas mengabil bayi tersebut lalu menyerahkannya kepada wanita yang kedua.

“Ini memang bayimu Ibu…,” kata Abu Nawas. Karena tak seorangpun ibu yang tega melihat anaknya dibunuh.

Mengetahui kedoknya terbongkar, wanita pertama hanya terdiam malu. Abu Nawas meminta untuk menghukum wanita pertama sesuai dengan kejahatan yang dilakukannya.

Baginda raja merasa puas terhadap teknik yang diambil oleh Abu Nawas. Dan sebagai rasa terima kasih, Baginda Raja Harun menawari Abu Nawas menjadi penasehat hakim kerajaan. Namun Abu Nawas menolaknya karena ternyata Abu Nawas lebih suka dengan statusnya sebagai rakyat biasa. (Doni Asyhar)