Opini: Membaca Turki, Teringat Nazi

Kejangalan

2016-07-22-5D

Pada Sore hari pihak militer pertama-tama menyerang pusat pemerintahan serta stasiun televisi dua hal ini dianggap paling penting oleh pihak militer, bukannya presiden Edrogan itu sendiri. Kudeta Turki berlangsung ketika Erdogan tidak sedang berada di pusat pemerintahan dan kekuasaan, yakni ibukota negeri Turki, Ankara, dan Istambul. Tapi, satu fakta yang dilupakan oleh faksi militer pemberontak adalah bahwa meski jauh dari pusat pemerintahan dan kekuasaan, Erdogan masih bisa menggunakan teknologi untuk mengendalikan kekuasaannya.

Sebuah kudeta militer biasanya sebelum masuk ke tahap aksi, sudah melalui perencanaan yang matang dan melibatkan hampir semua kelompok militer pada semua angkatan. Meski kelompok militer itu merupakan faksi yang tidak setuju dan tidak loyal terhadap pemerintahan yang sah. Tapi yang terjadi di Turki ternyata, dalam drama upaya kudeta gagal itu hanya melibatkan sangat sedikit militer faksi pemberontak dari seluruh kesatuan di tubuh militer Turki.

Kudeta biasanya dilakukan pada saat subuh hari saat semua orang sedang terlelap namun kudeta di Turki terjadi pada sore hari ketika semua orang siap turun ke jalan menjawab panggilan presiden untuk mencegah turki kembali kedalam genggaman militer. Hal itu menimbulkan pertanyaan, mungkinkah kudeta tersebut memang tidak direncanakan dengan matang karena memang tujuannya bukan untuk mengambil alih, namun hanya untuk menyebabkan kegemparan dengan begitu presiden Erdogan mendapat dukungan politik.

Tidak terlihatnya pemimpin kudeta, tidak ada seorang pun yang mengklaim untuk membuat pernyataan kepada publik untuk mencari dukungan pada saat kudeta berlangsung, yang diketahui hanya orang yang dituduh oleh erdogan sebagai dalang kudeta ini Fethullah Gülen yang merupakan lawan politiknya.