Ahmad Naufal, Sang Penakluk Lahan Tandus Di Serang Banten

Ahmad Naufal. (photo: kompas)
Ikuti Kami di Google News

Tak salah jika Ahmad Naufal asal Serang Banten ini kita beri julukan “Sang Penakluk Lahan Tandus”. Semua karena kegigihannya dan kerja kerasnya mengubah lahan bekas galian pasir yang tandus menjadi lahan pertanian yang subur. Awalnya, ia mendapat cibiran dari warga sekitar. Namun, ketika usahanya berhasil, cibiran itu berubah jadi pujian. Warga pun berbondong-bondong mengikuti jejak Naufal.

Sekarang ini, jika kita menengok lahan pertanian seluas 4 hektar di Desa Sambilawang, Kecamatan Waringinkurung, Kabupaten Serang, Banten, yang terlihat adalah hijau nan menyejukkan.Ribuan tanaman cabai tumbuh subur dan menghasilkan buah ranum yang siap dipanen. Tanaman padi juga tumbuh dengan baik dan menghasilkan bulir-bulir yang bernas. Sulit membayangkan, lahan pertanian itu dulu merupakan lahan telantar bekas galian pasir.

Dulu, tanah di sana dipakai sebagai tempat membuat batu bata. Tanah dikeruk, menyisakan butiran pasir coklat muda dan cadas putih. Hingga 2008, lahan itu masih bopeng-bopeng dan telantar. Melihat ada hamparan tanah tak produktif seluas 4 hektar, Naufal merasa tertantang untuk memanfaatkannya menjadi lahan pertanian.

Naufal bukan berasal dari keluarga petani. Ayahnya dulu bekerja sebagai sopir. Namun, ia lahir dan tumbuh besar di lingkungan yang warganya bekerja sebagai petani. Anak muda lulusan sekolah menengah kejuruan itu tertarik dengan pertanian lantaran ia sering singgah ke rumah temannya, Haris Kurniawan, yang bekerja sebagai penghasil bibit tanaman. Ia belajar bertani pada Haris pada 2007. Selain itu, ia juga belajar pertanian dari buku. Hasil belajarnya langsung ia praktikkan di lapangan, termasuk bertani di lahan bekas galian sejak 2008.

Naufal bertekad untuk menunjukkan bahwa pilihan menjadi petani mandiri yang ia dan sejumlah petani Desa Sambilawang ambil sudah tepat. Mereka akan bertahan dan berkembang dengan usaha keras sendiri, tanpa perlu meminta-minta bantuan pemerintah. Kuncinya adalah terus belajar, bekerja keras, dan mengembangkan inovasi. (Doni Asyhar)

Artikel sebelumnyaSarasehan Radio Idola: Apa Beda Sumbangan Dan Pungutan?
Artikel selanjutnyaMerevitalisasi Nilai-Nilai Pancasila