Bagaimana Meningkatkan Peran Industri Manufaktur Terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) ?

Industri Manufaktur. (Ilustrasi)

Semarang, Idola 92.6 FM – Peranan industri manufaktur terhadap produk domestik bruto dalam perkembangannya terus menurun. Bahkan, kontribusinya pada 2016 menjadi yang terendah sejak 1988 karena pertumbuhan industri manufaktur yang terus melambat. Padahal, industri ini merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia. PDB merupakan nilai pasar semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu. Manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan dan tenaga kerja dan suatu medium proses untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi untuk dijual.

Data Kementerian Perindustrian menunjukkan, selama 1967 hingga 1997, rata-rata pertumbuhan industri manufaktur mencapai 10,9 persen per tahun. Ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada periode itu yang rata-rata 6,7 persen. Pada 1967, industri pengolahan hanya menyumbang 7,5 persen terhadap PDB. Pada 1997, industri manufaktur telah menyumbang 26,8 persen dari PDB. Pasca Orde Baru, peran industri manufaktur sempat mencapai rekor tertinggi, yakni 29 persen pada 2001. Selanjutnya, trennya terus menurun.

Lantas, apa sebenarnya yang menyebabkan industri manufaktur terus melambat? Bagaimana pula meningkatkan daya saing industri untuk mendongkrak industri manufaktur yang masih belum banyak berubah? Upaya apa pula yang perlu dilakukan untuk menaikkan peran industri manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB)?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, nanti kita akan berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Mohammad Faisal, Direktur Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, dan Adhi S. Lukman, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI). (Heri CS)

Berikut Perbincangannya: