Munculnya Kebohongan Intelektual, Fenomena Apa Sesungguhnya Yang Terjadi?

Semarang, Idola 92.6 FM – Seorang Ilmuwan merupakan pribadi yang bekerja di garis terdepan dalam mengungkap rahasia alam. Ilmuwan mengabdi untuk menambah pengetahuan umat manusia, dan memanfaatkan rahasia alam yang terkuak untuk memajukan peradaban dengan menciptakan teknologi terbaru. Dalam upayanya itu, ilmuwan bisa saja salah atau keliru. Namun, seorang ilmuwan atau calon ilmuwan, tidak boleh bohong. Ini adalah doktrin yang diketahui nyaris semua orang.

Nah, baru-baru ini publik dikejutkan dengan Dwi Hartanto yang diduga melakukan kebohongan-kebohongan untuk mendongkrak popularitasnya sebagai ilmuwan dan mahasiswa doktoral di Technische Universiteit Delft, Belanda. Dalam pernyataan tertulis yang dirilis 7 Oktober 2017 lalu, Dwi mengakui, hampir seluruh informasi yang beredar selama ini adalah kebohongan. Termasuk bahwa dia adalah kandidat profesor. Dwi ternyata lulusan IST AKPRIND Jogja dan bukan Universitas Tokyo. Faktanya benar dia mahasiswa doktoral Univesitas Deift Belanda namun bidangnya soal TI dan bukan kedirgantaraan seperti Habibie.

Thomas Djamaluddin selaku Ketua Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) juga sangat menyayangkan kebohongan yang dilakukan Dwi. Kebohongannya telah mencederai kode etik sebagai seorang ilmuwan.

Lantas, berkaca pada kasus Dwi Hartanto, munculnya kebohongan intelektual, fenomena apa sesungguhnya yang terjadi? Benarkah ini hanya semacam fenomena gunung es? Lalu, apa pula akar permasalahan fenomena kebohongan dari kalangan intelektual?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola 92.6 FM berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Prof Thomas Djamaluddin, Kepala LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional), Prof Satryo Soemantri Brodjonegoro (Wakil Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), dan Rahmat Hidayat (peneliti pada Pusat Kesehatan Mental Fakultas Psikologi UGM). (Heri CS)

Berikut Perbincangannya: