Sikdam Hasim, Sang Penyuara Anti Diskriminasi Penyandang Disabilitas

Bangkit lagi

Indera penglihatan Sikdam normal sejak lahir 5 Juli 1989 sampai dia berumur 21 tahun. Semua baru berubah pada suatu siang sekitar tahun 2010, ketika dia dan temannya melakukan perjalanan di daerah Ciputat, Tangerang.

Saat itu adalah saat terakhir Sikdam Hasim bisa menikmati indahnya warna-warni dunia melalui kedua matanya karena sesudahnya mobil yang dikendarai temannya terguling, berputar hingga dua kali, membuat Sikdam pingsan seketika karena kepalanya terbentur langit-langit mobil.

“Saraf mata saya lepas dan sejak saat itu semua berubah. Pandangan mata kiri saya gelap total dan sebelah kanan hanya bisa menandai cahaya gelap atau terang. Intinya, saya tidak bisa melihat sama sekali, tuna netra,” kata anak kesembilan dari 13 bersaudara itu.

Lantas kelam tiba-tiba menutupi kehidupannya. Dia terkurung dalam keadaan yang sama sekali tidak pernah dia inginkan dan tak punya daya untuk mengembalikan semua.

Satu setengah tahun dia terkungkung dalam depresi, stres berat, sampai keinginan bunuh diri sempat terlintas di benak. Dia merasa hidup tidak lagi berguna, masa depan tak berarti tanpa mata.

Titik baliknya ketika ibunda Sikdam membawanya ke panti-panti penyandang disabilitas. Di sana dia diberi tahu tentang penghuni panti yang tidak bisa melihat, tidak bisa berjalan, mengalami keterbelakangan mental, dan tidak mendapat kasih sayang keluarga.

“Lihat, Sikdam, kamu sebenarnya beruntung, Tuhan hanya mengambil matamu saja. Bandingkan dengan keadaan para penghuni panti, mereka tidak seberuntung itu,” ujar Sikdam menirukan kata-kata ibunya.

Itu membuat semangat Sikdam kembali. Perlahan dia bangkit, melakukan apa yang sebelumnya pernah dia lakukan, berorganisasi dan terlibat dalam forum diskusi.

Sarjana Bahasa Inggris itu juga mengajarkan Bahasa Inggris ke anak-anak kurang mampu dan menjadi relawan beberapa yayasan tanpa mengharap bayaran.

Tentangan dari sanak saudara tidak menghentikan upayanya membantu orang lain.

“Ada saudara yang bilang, ‘untuk apa memikirkan orang lain yang tidak peduli denganmu?’. Saya pribadi tidak peduli,” tutur dia.

Lewat upaya-upayanya, juga prestasinya, Sikdam ingin menyuarakan kepentingan para penyandang disabilitas, membawa sedikit terang ke dunia gelap mereka.