Bagaimana Mengasah Rasa dan Mengolah Empati Para Siswa di Era Kecerdasan Artifisial?

Semarang, Idola 92.6 FM – Idealnya dunia pendidikan tak hanya mengajarkan pengetahuan yang diketahui oleh murid, tetapi juga pengetahuan itu juga dipraktikannya dalam kehidupan sehari-hari. Di negara maju, sistem pendidikan benar-benar diarahkan untuk mencetak manusia-manusia yang tidak hanya tahu apa yang benar, tetapi respect–mau melakukan apa yang benar sebagai bagian dari kehidupannya. Anak-anak diajarkan 3 mata pelajaran pokok yakni: Basic Science, Basic Art, dan Sosial.

Pelajaran-pelajaran itu dikembangkan melalui praktik langsung dan studi kasus dan dibandingkan dengan kejadian nyata di seputar kehidupan mereka. Mereka tidak hanya tahu, mereka juga mau menerapkan ilmu yang diketahui dalam keseharian hidupnya. Betapa sekolah begitu memegang peran yang sangat penting bagi pembentukan perilaku dan mental anak-anak bangsa. Karakter, perilaku, dan kejujuran adalah landasan untuk membangun anak didik yang lebih beradab dalam berperilaku. Bukan sekadar angka-angka akademik seperti yang tertera di buku-buku raport sekolah ataupun Indeks Prestasi IPK.

Tapi yang mengejutkan dan membuat kita miris adalah peristiwa kekerasan murid SMP pada guru di Gresik yang menjadi viral baru-baru ini. Alih-alih hormat dan patuh pada guru, si murid justru berlagak dan menantang sang guru dan disaksikan murid-murid lain. Sebelumnya, peristiwa memilukan juga terjadi di Makassar. Seorang petugas cleaning service SMP Negeri 2 Takalar, Faisal Daeng Pole dikeroyok oleh siswa sekolah itu. Parahnya lagi, pria ini juga sempat dimaki dengan panggilan binatang oleh para siswa.

Kita menyaksikan potret itu di tengah tantangan pendidikan yang kian kompleks–dimana semua kemampuan otak dan pengetahuan nantinya bisa digantikan oleh artificial intelligent dan robot. Dan, justru kepekaan rasa dan empati manusia lah yang tak bisa tergantikan oleh robot.

Lantas, kita pun bertanya-tanya– apa yang salah dalam dunia pendidikan kita? Bagaimana mestinya membangun rasa dan empati bagi peserta didik? Bagaimana dunia pendidikan menjawab berbagai persoalan dan tantangan itu?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Indra Charismiadji (Praktisi Pendidikan); Ratna Megawangi PhD (Dosen IPB dan Pendiri Indonesia Heritage Foundation); dan Sulistyo (Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jateng). (Heri CS)

Berikut wawancaranya: