Bagaimana Meningkatkan Kompetensi Guru di Era Revolusi Industri 4.0?

Semarang, Idola 92.6 FM – Tugas makin berat kini disandang guru. Tidak hanya sebagai pendidik ilmu pengetahuan dan membentuk karakter luhur siswa. Guru kini juga menjadi fasilitator bagi peserta didik. Perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat menuntut perubahan pola pikir guru. Bagi siswa, guru tidak cukup lagi hanya berdiri di depan kelas dan menjadi sumber utama ilmu pengetahuan selain buku.

Merujuk Tajuk Rencana Kompas (29/01/2019), sejak revolusi industri generasi ketiga yang ditandai dengan kemunculan teknologi digital dan internet, sumber ilmu pengetahuan sangat melimpah. Murid bisa mencari ilmu pengetahuan apapun dari beragam sumber. Di era revolusi industri generasi keempat atau Revolusi Industri 4.0 kini, informasi dan sumber pengetahuan lebih melimpah lagi. Sehingga, kondisinya tidak lagi mencari informasi tetapi memilih dan memilah informasi yang sangat berlimpah di tengah masyarakat.

Di sinilah, posisi guru sangat berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa agar siswa bisa memilih pengetahuan yang bermanfaat. Untuk menjadi fasilitator, tentu saja guru juga harus mengetahui perkembangan informasi yang berkembang di masyarakat.

Namun, sayangnya, melihat kapasitas dan kompetensi para guru di Indonesia, kita seolah masih prihatin. Dari sisi kualitas, hasil uji kompetensi guru secara nasional rata-rata juga belum memuaskan karena hanya mencapai 53,02. Angka ini belum mencapai angka standar kompetensi minimal yang ditetapkan yakni 55,0.

Lantas, melihat persoalan ini dan begitu strategisnya peran guru, bagaimana meningkatkan kompetensi guru di Era Revolusi Industri 4.0? Model-model pelatihan ideal seperti apa yang mesti diberikan pada guru? Apa sesungguhnya hambatan dan tantangan terbesar kita dalam upaya ini?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Dr. Supriano, M.Ed. (Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud RI) dan Tukiman Taruno (Pengamat Pendidikan Unika Soegijapranata Semarang). (Heri CS)

Berikut diskusinya: