Bagaimana Menjaga Nyala Suluh Kebangsaan di Tahun Politik agar Pikiran Tetap Bernalar Waras?

Semarang, Idola 92.6 FM – Penyebaran berita bohong atau hoaks yang masif beberapa waktu belakangan sangat mengkhawatirkan karena berpotensi mengancam persatuan bangsa. Hal ini karena masih banyak masyarakat awam yang mudah teperdaya dengan hoaks. Apalagi, penyebaran sejumlah kabar bohong tersebut diduga diorganisasi oleh pihak tertentu.

Terkait hal itu, baru-baru ini, sejumlah tokoh mendeklarasikan Gerakan Suluh Kebangsaan di Yogyakarta. Gerakan Suluh Kebangsaan dibentuk oleh sejumlah tokoh antara lain: Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Prof Mahfud MD, Rohaniwan Benny Susetyo, dan Alissa Wahid—putri Gus Dur yang juga pegiat isu-isu toleransi. Menurut salah satu inisiator, Mahfud MD, saat ini ada sejumlah masalah yang mengancam persatuan bangsa. Di antaranya maraknya politik identitas dan merebaknya sikap saling serang di antara komponen bangsa.

Persoalan-persoalan itu, kemudian terbawa hingga masa penyelenggaraan pemilu sehingga terjadi polarisasi yang tajam di antara elemen bangsa. Celakanya lagi, menurut Prof Mahfud masalah ini lalu disemarakkan oleh berita-berita bohong yang dikapitalisasi begitu rupa. Ia mengingatkan, semua pihak agar mengedepankan kepentingan bangsa daripada kepentingan politik praktis seperti memenangi pemilu.

Lantas, menghadapi situasi saat ini, bagaimana menjaga nyala Suluh Kebangsaan di tahun politik agar pikiran tetap bernalar waras? Apa sesungguhnya faktor yang membuat semangat kebangsaan kita seolah kendur dan tidak segar lagi—sehingga mudah terpicu kecamuk? Benarkah itu semata-mata karena politisasi—atau ada factor lain?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Triyono Lukmantoro-Pengamat Media dan Masyarakat dari Universitas Diponegoro, Semarang dan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) periode 2008-2013 yang juga salah satu penggagas Gerakan Suluh Kebangsaan Prof Mahfud MD. (Heri CS)

Berikut diskusinya: