Menelaah Relevansi dan Tantangan Bela Negara di Era Kekinian?

Hari Bela Negara

Semarang, Idola 92.6 FM – Beberapa hari yang lalu tepatnya 19 Desember, bangsa kita memperingati Hari Bela Negara. Tahun ini adalah peringatan yang ke-71 namun sepertinya gaungnya masih terbatas pada adanya upacara di instansi pemerintah dan tentu kualitas kesadaran warga negara terkait bela negara perlu menjadi kajian bersama.

Harus diakui, masih banyak yang belum mengetahuinya. Merujuk pada sejarah, 19 Desember 1948 merupakan hari bersejarah bagi bangsa Indonesia dalam memperingati terbentuknya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). Hal itu untuk mengisi kekosongan kepemimpinan Pemerintahan negara Kesatuan Republik (NKRI) dalam rangka bela negara.

Peringatan ini bersumber dari deklarasi PDRI yang dibentuk oleh Sjafruddin Prawiranegara di Sumatera Barat. Deklarasi ini dilakukan karena saat itu ibu kota negara, Yogyakarta diduduki oleh Belanda dan para pemimpin seperti Soekarno, Hatta dan Syahrir diasingkan ke luar Jawa. Langkah didirikannya PDRI sebagai bentuk eksistensi bahwa Indonesia, yang mulai diduduki lagi oleh Belanda saat itu, masih ada.

Mengapa negara harus dibela? Itu mungkin satu pertanyaan substansial ketika mendiskusian tema Bela Negara. Dalam konsepsi geopolitik—menurut Akademisi Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung—Eki Baihaki, negara adalah semacam organisme yang hidup. Ia mengikuti siklus alamiah seperti manusia, yaitu lahir, tumbuh, berkembang, maju, kemudian menyusut dan akhirnya mati.

Eksistensi bangsa dan negara juga senantiasa menghadapi beragam ancaman yang bersifat multidimensi. Bela negara harus menjadi perhatian dan komitmen kita semua. Presiden Jokowi dalam amanat hari bela negara menyatakan, bela negara bukan hanya alat apabila negara dan bangsa menghadapi ancaman, tapi juga bisa menjadi alat untuk mencapai tujuan nasional bangsa.

Lantas, menelaah momentum peringatan bela negara—bagaimana upaya memperkuatnya di era kekinian? Apa relevansi dan tantangannya di era sekarang?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Ketua Umum PP TNI Angkatan Darat Letjen (Purn) Kiki Syahnakri dan Rektor Universitas NU Yogyakarta Prof Purwo Santoso. (Heri CS)

Berikut diskusinya:

Artikel sebelumnyaCordova Edupartment, Siap Serah Terima
Artikel selanjutnyaMampukah Pimpinan KPK dan Dewan Pengawas Menjawab Tantangan di Tengah Keraguan Publik?