Mengambil Pelajaran dari Kecelakaan di Tol Cipularang agar Tak Terulang di Kemudian Hari

Kecelakaan di Tol Cipularang.

Semarang, Idola 92.6 FM – Kita berduka dan prihatin. Kecelakaan di tol yang menimbulkan korban jiwa kembali terulang. Kecelakaan maut terjadi di Tol Cipularang, Senin, kemarin melibatkan 21 kendaraan dan menyebabkan delapan korban meninggal.

Namun, di belahan dunia lain, banyak kecelakaan beruntun yang lebih buruk, bahkan melibatkan ratusan kendaraan, dengan korban jiwa sangat minim. Pakar transportasi Djoko Setijowarno mengungkapkan, meskipun kecelakaan maut di luar negeri melibatkan ratusan kendaraan, tapi korbannya sedikit. Hal itu karena budaya disiplin berlalu lintas masyarakat kita berbeda dengan di luar negeri. Mereka disiplin dalam mematuhi batas kecepatan dan mengatur jarak antar kendaraan. Di jalan tol kecepatan maksimal hanya dibolehkan 100 km per jam dan minimal 60 km per jam.

Djoko mencontohkan, kecelakaan maut di luar negeri di Vysocina, Republik Ceko, 20 Maret 2008. Badai salju sering terjadi di Republik Ceko menjadi pemicu kecelakaan di Jalan Raya di dataran tinggi Vysocina, menuju ke Praha dari Brno. Sebanyak 231 kendaraan terlibat kecelakaan beruntun dan menyebabkan enam orang terluka parah. Contoh lain, kecelakaan yang paling banyak melibatkan kendaraan pernah terjadi di Sao Paulo, Brasil, 15 September 2011. Kecelakaan jalan raya terburuk dalam sejarah ini terjadi karena kabut tebal. Tepatnya di jalan raya Rodovia dos Imigrantes, melibatkan lebih dari 300 kendaraan dan hanya menyebabkan 1 tewas dan 30 orang luka-luka.

Lantas, berkaca dari kecelakaan di Tol Cipularang—pelajaran apa yang mesti diambil? Upaya mendesak apa yang mesti segera dilakukan agar insiden ini tak terulang kembali? Menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang mewawancara Pengamat transportasi dan dosen Unika Soegijapranata Djoko Setijowarno. (Heri CS)

Berikut wawancaranya:

Artikel sebelumnyaHakim Jatuhkan Vonis 3 Tahun Untuk Ahmad Marzuqi
Artikel selanjutnyaMestikah Negara Memblokir Internet ketika Terjadi Letupan?