Di Tengah Jaga Jarak Fisik, Bagaimana Cara Ikut Membantu Mereka Yang Mengandalkan Upah Harian, Agar Masih Tetap Memperoleh Penghasilan?

Social Distancing

Semarang, Idola 92.6 FM – Work from home sebagai upaya menjaga jarak fisik, telah memukul sektor informal. Para pedagang dan warung-warung yang pada hari-hari biasa – berjualan di sekitar perkantoran, kini tak lagi bisa menuai rezeki.

Meski, kita sepakat bahwa inilah ‘harga’ yang mesti kita bayar untuk dapat memutus rantai penyebaran virus yang mematikan itu. Tapi, sektor-sektor informal kini sudah semakin ‘sempoyongan’. Begitu juga halnya dengan nasib para driver ojek online (Ojol), dan para pekerja sektor lain yang bergantung pada penghasilan harian.

Belum lagi, semakin masifnya Covid-19 membuat sejumlah industry manufaktur dan pariwisata kini bertumbangan. Pekerja makin rentan dirumahkan. Pekerja informal, pelaku usaha mikro, penganggur terbuka, buruh tani, dan pekerja lain dengan pekerjaan yang sifatnya subsisten kini terancam. Pendapatan mereka yang masuk dalam kelompok rentan yang hanya cukup untuk bertahan hidup.

Seberapa besar dampaknya terhadap perekonomian akan sangat bergantung pada bagaimana wabah berkembang dan berapa lamanya. Namun, sampai kini situasi masih diliputi ketidakpastian. Jumlah korban terus bertambah. Hingga Rabu 25 Maret 2020, tercatat, jumlah kasus infeksi virus corona di Indonesia bertambah menjadi 790 orang. Dalam sehari terakhir terdapat 105 kasus baru. Sementara itu, jumlah korban meninggal mencapai 58 orang, dan yang sembuh 31 orang.

Social Distancing
Social Distancing.

Menurut Rektor UI-Prof Ari Kuncoro, perekonomian adalah satu kesatuan arus mengalir yang terdiri dari masyarakat konsumen dan produsen. Pengeluaran satu entitas adalah rezeki bagi yang lain. Produksi dari satu entitas bukan hanya merupakan barang dan jasa yang siap dikonsumsi melainkan juga pendapatan bagi rumah tangga yang bekerja di pabrik dan rumah tangga produksi.

Dari segi pelaku sector produksi, perekonomian Indonesia didominasi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Data Kementerian Koperasi dan UKM menyebutkan pada 2019 entitas produksi Indonesia didominasi UMKM, yaitu 99,99 persen dari total jumlah unit usaha yang ada. Sementara itu, dari sisi nilai tambah, UMKM menyumbang sekitar 63 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Lantas, di tengah Pandemi Corona, bagaimana mestinya pemerintah menjaga mata pencarian rakyat yang banyak terdampak, khususnya pada kelompok rentan? Stimulus apa lagi yang perlu diberikan pemerintah pada kalangan pelaku UMKM—yang merupakan tulang punggung perekonomian?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, radio Idola Semarang mewawancara Rektor Universitas Indonesia Prof Ari Kuncoro. (Heri CS)

Berikut Wawancaranya: