Merefleksi Semangat Pramuka dalam Menghadapi Tantangan Bangsa

Pramuka Kecil

Semarang, Idola 92.6 FM – Hari ini kita semua memperingati Hari Pramuka Ke 59. Pramuka atau Praja Muda Karana artinya adalah “Orang Muda yang Suka Berkarya”.

Sejak didirikan pada tanggal 14 Agustus 1961, pramuka merupakan sarana pembentukan karakter dan pengembangan life skill bagi generasi muda agar memaksimalkan setiap potensi yang dimiliki, baik itu intelektual, spiritual, sosial, dan fisik.

Pramuka dianggap sebagai wahana pembentukan karakter siswa, karena dalam kegiatannya, para siswa dilatih: menjadi pribadi lebih mandiri, sikap disiplin, Memahami arti penting gotong royong dan kebersamaan, meningkatkan rasa kepedulian, belajar mencintai alam, belajar bekerja sama dan berorganisasi, serta melatih jiwa kepemimpinan dan meningkatkan kreativitas.

Maka tak berlebihan kalau suatu kali, ada seorang CEO di sebuah perusahaan TBK, yang merasa “berhutang budi” pada kegiatan Pramuka yang dulu diikuti.

Selamat Hari Pramuka

Kini, ketika bangsa Indonesia tengah memasuki masa puncak Bonus Demografi … di mana aspek attitude dan karakter para lulusan Perguruan Tinggi—kabarnya masih banyak dikeluhkan, maka kita perlu me-reinventing atau menemukan kembali “Semangat Pramuka,” sebagai sarana nation and character building—dalam istilah Presiden Soekarno, atau sebagai upaya membentuk karakter dan mental bangsa Indonesia.

Tapi, masih relevankah nilai-nilai Pramuka? Apa saja, kalau ada, yang perlu diperbaiki? Penyesuaian apa saja yang perlu dilakukan?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Pengamat Pendidikan, Darmaningtyas; Ketua Umum PP TNI AD Letjen (Purn), Kiki Syahnakri; Wakil Ketua Kwarda Gerakan Pramuka Jawa Tengah, Sujarwanto Dwiatmoko; dan Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia, Prof Komaruddin Hidayat. (her)

Simak podcast diskusinya: