RCEP, Mengukur Manfaat dan Tantangannya

RCEP 2020

Semarang, Idola 92.6 FM – Sepuluh negara ASEAN bersama lima negara mitra menandatangani pakta perdagangan terbesar dunia yakni Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) Minggu lalu. Sebagai symbol perdagangan multilateral di Kawasan, RCEP menghadirkan situasi yang tak mudah.

Indonesia dinilai oleh sejumlah pihak memegang peran penting dalam proses negosiasi kemitraan itu. Bukan saja sebagai inisiator saat menjadi Ketua ASEAN tahun 2011 silam, Indonesia juga menjadi koordinator perundingan sejak Maret 2013 lalu.

Bagi Indonesia, selain menjadi peluang, RCEP juga menghadirkan tantangan. Sebab, sejumlah sektor domestik diperkirakan akan bersaing ketat dengan sector serupa di Negara-negara peserta.

4th RCEP Summit 2020
4th RCEP Summit 2020.

Diketahui, Selain diikuti 10 negara ASEAN, RCEP ditandatangani China, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru. Dengan pasar mencapai 2,2 miliar orang atau hampir 30 persen penduduk dunia dan gabungan PDB sebesar 26,2 triliun dollar AS atau setara 30 persen dari produk domestik bruto (PDB) dunia. Bisa dibilang RCEP menjadi kemitraan dagang terbesar di dunia.

Lantas, menyambut RCEP–mengukur manfaat dan tantangannya, bagaimana Indonesua mempersiapkan diri untuk memanfaatkan peluang itu? Pekerjaan rumah apa yang mesti segera dikebut oleh pemerintah? Serta, bagaimana pula kita mesti memitigasi tantangan yang akan muncul dari implementasi RCEP?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Enny Sri Hartati (Ekonom Senior INDEF); Fithra Faisal Hastiadi (Juru Bicara Kementerian Perdagangan); dan Nevi Zuairina (Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PKS). (andi odang/her)

Dengarkan podcast diskusinya: