Antisipasi Gelombang Ketiga Covid-19, Pemerintah Diminta Tak Tergesa-gesa Longgarkan Pembatasan Sosial

Stay at Home
ilustrasi/istimewa

Semarang, Idola 92.6 FM – Epidemiolog meminta Pemerintah tak tergesa-gesa melonggarkan pembatasan sosial warga termasuk dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka di sekolah. Hal itu, untuk mengantisipasi kemungkinan gelombang ketiga Covid-19. Apalagi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah mewanti-wanti pemerintah Indonesia agar tidak terlalu melonggarkan syarat-syarat bagi masyarakat berkegiatan di tempat umum meski saat ini kasus virus corona mengalami penurunan.

Hal itu dikatakan Dr. Tri Yunis Miko Wahyono, Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) saat diwawancara radio Idola Rabu 22 September lalu.

“Pelonggaran dari pembatasan sosial itu jangan tergesa-gesa. Jadi, kalau kita mau membuka sekolah misalnya, kita harus lakukan dengan baik. Kita lakukan survei dulu. Berapa anak sekolah yang telah terinfeksi, berapa anak sekolah yang belum terinfeksi. Kemudian, baru dimulai sekolah. Harusnya begitu,” kata Dr. Tri Yunis Miko Wahyono.

Dikatakan, dr Tri Yunis Miko, tak hanya di lingkungan sekolah, mekanisme check point tes Covid-19 juga harus dilakukan di tempat-tempat yang memicu kerumunan seperti mall atau tempat wisata. Ini sebagai upaya kehati-hatian karena kita belum sepenuhnya bebas dari Covid-19.

“Jadi, hati-hati sekali. Kalau mau buka mall, kemudian tempat wisata, mesti dicek pada suatu saat. Namanya kroscek, kemudian disurvei sewaktu-waktu atau check point,” ujar Tri Yunis Miko.

Tri Yunis Miko juga mengingatkan, kasus Covid-19 dari waktu ke waktu memang semakin menurun. Namun, bukan berarti hal itu membuat kita lengah dan tidak waspada. Sebab, gelombang wabah kita belum selesai dari wabah pertama. Namun, kita telah mengalami beberapa puncak kasus harian Covid-19.

Sementara itu, saat diwawancara radio Idola, dr. Siti Nadia Tarmizi, Juru Bicara Vaksin Covid-19 Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa kita sudah bisa melewati fase genting gelombang kedua. Hal itu berdasarkan sejumlah indikator kasus harian yang bisa dibilang terkendali hingga positifity rate kita yang semakin menurun bahkan sudah di bawah 5 persen.

“Kalau kita lihat, 90 persen secara nasional, kasus kita sudah turun sejak puncak kasus di 15 Juli. Jadi, artinya, kalau kita lihat, positivity rate kita yang juga sudah di bawah 5 persen, angka konfirmasi yang berada pada 2 ribu hingga 3 ribu. Angka kematian, berada pada 200 sampai 220. Ini artinya, kondisi ini jauh lebih terkendali dibandingkan pada saat gelombang kedua di bulan Juli,” kata dr Siti Nadia Tarmizi.

Menurut dokter Siti Nadia Tarmizi, testing kita saat ini juga sudah melampaui standard WHO yakni sudah 3 per 1000 penduduk per minggu. Hal itu juga pada upaya tracing kontak erat orang terkonfirmasi Covid-19.

Untuk itu, pihaknya terus mendorong Pemda agar terus meningkatkan jumlah testing dan tracing. Selain itu, juga meminta Pemda untuk tetap mengingatkan agar warga tak abai pada prokes dan meningkatkan capaian vaksinasi warganya. (ade/ her)

Pemerintah Diminta Tak Tergesa-gesa Longgarkan Pembatasan Sosial