Mengurai Ironi Petani di Negeri Agraris, Perlukah Impor Beras?

Jokowi Import Beras

Semarang, Idola 92.6 FM – Dalam beberapa hari terakhir muncul meme yang menggelitik perihal nasib petani. Sebuah meme satire, tentang ironi petani di negeri Agraris.

Dalam meme itu, presiden Joko Widodo bertanya pada Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, “Ini Apa?”. Pak Menteri pun menjawab, “Ini yang ditanam para petani, mereka menyebutnya padi”. “Setelah dipetik mereka sebut gabah.”

Mendengar penjelasan pak menteri, presiden kemudian lanjut bertanya: “Berasnya Mana?” Dalam teks itu dengan penekanan khusus, dijawab, “berasnya Kita Impor!”

Begitulah kira-kira cara menggambarkan situasi perberasan kita. Juga para petani kita.

Meme Import Beras
(Twitter/WongDeso___)

Memasuki Panen Raya padi, para petani di sejumlah daerah kini gundah gulana karena gabah mereka justru ditawar murah. Berdasarkan pantauan, di Jawa Barat dan Jawa Timur Kamis lalu, sejumlah daerah mulai memasuki masa panen raya. Petani mengeluhkan harga gabah kering panen yang berkisar Rp3.200 hingga Rp3.700 per kilogram, jauh di bawah harga pembelian pemerintah Rp4.200 per kilo gram.

Petani berharap gabah mereka dapat diserap pemerintah daripada impor beras. Petani gundah karena harga gabah mereka malah anjlok. Di sisi lain, mereka juga terpukul, rencana impor beras 1 juta ton, meski belum berjalan, turut memengaruhi psikologis pasar yang menekan harga gabah di pasaran.

Di sisi lain—kita pun bertanya-tanya mengenai silang pendapat pejabat kita menyoal stok dan impor beras. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dan Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso beda penilaian soal stok hingga impor beras. Lutfi menilai, impor beras diperlukan karena ada kekhawatiran hasil panen raya meleset dari prediksi. Sebab, selama masa panen raya yang berjalan selama Maret-April, masih sesekali dibarengi dengan musim hujan.

Kondisi itu bisa membuat banyak gabah tak bisa di-stok jadi beras di Perum Bulog. Sebab, Perum Bulog tak bisa menyimpang gabah yang basah. Lutfi menjelaskan, stok beras di Perum Bulog saat ini adalah yang terendah sepanjang sejarah. Sampai Maret ini, stok beras di Perum Bulog tak mencapai 500.000 ton. Padahal, seharusnya di Perum Bulog itu tersedia stok antara 1-1,5 juta ton beras setiap tahunnya.

Namun, menurut Buwas, pihaknya belum tentu menjalankan impor beras yang direncanakan 1 juta ton. Sebab, untuk tahun ini, tidak terjadi kemunduran masa panen raya seperti tahun lalu. Masa panen tahun ini terjadi pada Maret-April, sehingga estimasinya, Bulog dapat menyerap sebanyak 390.800 ton beras Cadangan Beras Pemerintah (CBP).

Lantas, mengurai ironi petani di negeri agraris, di tengah petani menghadapi panen raya, mengapa justru pemerintah masih harus impor beras? Bukankah, tujuan pemerintah impor adalah demi menjamin ketersediaan beras untuk rakyat? Jadi, di mana letak perbedaan tafsirnya?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Idham Arsyad (Ketua Umum Gerbang Tani Indonesia sekaligus Dewan Pakar Konsorsium Pembaruan Agraria) dan Dwidjono Hadi Darmanto (Guru Besar Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta). (her/andi odang)

Dengarkan podcast diskusinya:

Artikel sebelumnyaPertamina Dukung Program Vaksinasi Guna Pemulihan Ekonomi
Artikel selanjutnyaMengenal Inovasi Glucanov, Alat Cek Gula Darah Tanpa Melukai Pasien karya Tim Mahasiswa Udinus Semarang