Indonesia Berpeluang Kembali Jadi Penguasa Kopi Dunia

Moelyono Soesilo, penulis buku KopiKita (paling kiri) bersama sejumlah narasumber dalam acara Coffe Talk yang digelar di Blue lotus, Semarang, selasa (27/9)

SEMARANG, RADIO IDOLA 92,6 FM โ€“ย  Indonesia memiliki potensi untuk kembali menjadi negara penghasil kopi nomor satu dunia untuk kedua kalinya. Hal ini karena ย ย lahan kopi di Indonesia jauh lebih luas dibandingan dengan negara โ€“ negara penghasil kopi seperti Brasil dan Vietnam.

Moelyono Soesilo, penulis buku KopiKitaย  yang juga global coffee trader menyebutkan, ย Indonesia pernah menjadi negara penghasil kopi terbesar di Indonesia pada zaman penjajahan Belanda. ย Bahkan kopi Indonesia sempat memperoleh ketenaran di manca negara,ย  ย yang dikenal dengan โ€œCup of Javaโ€. Indonesia juga merupakan salah satu negara yang memiliki kopi specialty terbanyak di dunia yang terkenal dengan keunikan citarasanya.

โ€œMasa kolonial saat itu adalah era kejayaan kopi Indonesia yang pertama. Produktivitas perkebunan kopi pada periode 1870-1930 telah mengubah lanskap sosial ekonomi Hindia Belanda hingga memunculkan komoditas Kopi Jawa yang menjadi unggulan dan dikenal hingga Amerika Serikat,โ€ Ujar Moelyono ย di sela acara ย Coffe Talk yang digelar di Blue lotus, selasa (27/9)

Menurut Mulyono, setelah mengalami naik turun pasca era kolonial, industri kopi di Indonesia menemukan kurva kedua dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Hal ย ditandai dengan momentum peningkatan produktivitas perkebunan kopi, tren peningkatan konsumsi kopi yang mencapai 5 kg/perkapita, ย serta pertumbuhan kedai-kedai kopi yang masif.

โ€œIndonesia juga mempunyai persediaan lahan perkebunan kopi yang lebih dari cukup untuk memasok kebutuhan kopi dunia,โ€ ย kata Moelyono.

Sementara ituย  Pakar Marketing, Yuswohady menyebutkan, ย kebangkitan kopi Indonesia kedua bisa dilakukan dengan meningkatnya supply and demand. Di sisi supply dilakukan dengan meningkatkan produksi petani yang selama ini mengalami penurunan.

โ€œEffortnya tidak berat, kita mendampingi petani agar dapat meningkatkan produksi dari 800 kg per hektar menjadi dua ton perhektar,โ€ujarnya

Sementara dari sisi demand juga terus mendorong masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi kopi yang saat ini masih lebih rendah dari negara lain. Apalagi Indonesia memiliki kopi โ€“ kopi yang cukup terkenal seperti kopi gayo, kopi mandiling dan kopi luwak.

โ€œkonsumsi kopi di Indonesia masih satu cup perhari, sementara negara lain bisa 3-4 cup per hari. Kita punya kopi yang hebat seperti kopi gayo, mandailing dan luwak yang kalau ini mendunia, Indonesia akan dikenal dengan kopinya,โ€ ungkap Yuswohadi

Disisi lain praktisi bisnis kopi yang juga sekaligus co-founder KopiKita, Jay Wijayanto mengungkapkan, untuk mendukung kebangkitan kopi Indonesia yang kedua, maka diperlukan pembentukan ekosistem kopi diantaranya dengan membangunย  ย platform community hub yang ย menjadi connecting dots bagi seluruh stakeholder kopi di Indonesia. ย Menurutnya aplikasi ini akan ย ย menghubungkan setiap pihak dari petani hingga peminum demi memperbaiki kopi Indonesia.

โ€œPlatform ini akan merangkul seluruh pelaku dalam rantai nilai kopi untuk bersama-sama meraih momentum kebangkitan kopi ini,โ€

Sedangkan Elga Yulwardian, CTO dan co-founder KopiKita mengatakan, ย KopiKita dilengkapi fitur-fitur kunci seperti e-commerce, direktori kopi, info event hingga info-info seputar seluk-beluk kopi. Ia ย berharap ย platform kopi berbasis komunitas yang terintegrasi dan terpercaya,

โ€œKe depannya, kami ingin mengembangkan KopiKita dengan fitur commodity market, KopiKita Academy hingga sertifikasi.โ€ ungkapnya

Selain aplikasi KopiKita, beberapa waktu lalu juga telah diluncurkan buku KopiKita: Geliat, Hype dan Karut-marut Masalahnya (Gramedia Pustaka Utama, 2022) ditulis oleh Moelyono Soesilo yang seluruh royaltinya akan diberikan 100% kepada petani kopi. (tim)