Antisipasi Serbuan Misinformasi Selama Pemilu 2024, AJI Indonesia Gelar Pelatihan Cek Fakta di Semarang

Pelatihan cek fakta
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia menggelar pelatihan cek fakta terhadap puluhan Pers Mahasiswa (Persma) di wilayah Semarang Raya. Pelatihan Cek Fakta digelar di American Corner kampus 3 UIN Walisongo Semarang. (Foto Dok AJI Semarang)

Semarang, Idola 92.6 FM-Untuk mengantisipasi serbuan disinformasi atupun misinformasi selama Pemilu 2024, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia menggelar pelatihan cek fakta terhadap puluhan Pers Mahasiswa (Persma) di wilayah Semarang Raya. Dalam acara yang digelar di American Corner kampus 3 UIN Walisongo Semarang, peserta diharapkan memiliki bekal kemampuan kritis dalam mencerna pelbagai informasi selama tahun politik.

Ketua Panitia Lokal Pelatihan Cek Fakta, Iwan Arifianto menyebut, tujuan pelatihan ini untuk memberikan pengetahuan terhadap 31 anggota persma dari berbagai kampus di Semarang raya supaya dapat menyaring informasi-informasi yang berkaitan dengan pesta demokrasi nanti.

Jurnalis Tribun Jateng ini memaparkan, berdasarkan data dari Meltwater.com, sebanyak 32 persen orang Indonesia yang menggunakan media sosial berusia antara 18 hingga 24 tahun. Oleh karena itu, anak muda menjadi kelompok yang paling rentan menjadi sasaran disinformasi.

“Terlebih saat pemilu 2024 dari 187 juta pemilih 60 persen di antaranya adalah generasi muda,” ujar Iwan dalam siaran persnya, Kamis (9/11/2023).

Pelatihan cek fakta
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia menggelar pelatihan cek fakta terhadap puluhan Pers Mahasiswa (Persma) di wilayah Semarang Raya. Pelatihan Cek Fakta digelar di American Corner kampus 3 UIN Walisongo Semarang. (Foto Dok AJI Semarang)

Pelatihan ini mendatangkan dua pemeriksa fakta profesional dari AJI Indonesia yakni Bayu Galih dan Nurika Manan. Salah satu narasumber pelatihan cek fakta, Bayu Galih menjelaskan, jika persoalan disinformasi tidak disikapi secara serius bisa mengancam kerukunan di masyarakat.

“Kalau kita melihat fenomena pemilu sebelumnya pada tahun 2019 (berita hoaks) dapat mengancam nyawa juga. Hoaks ini kan menyasar emosi ya. Apalagi dipicu dengan konten-konten yang belum jelas kebenarannya,” paparnya.

Setelah adanya pelatihan tersebut, ia berharap para peserta yang hadir bisa menjadi pionir untuk lingkungan sekitarnya baik di kampus maupun masyarakat.

Sementara itu, Direktur American Corner, Umar Falahul Alam mengapresiasi pelatihan cek fakta tersebut.

Sebab, pihaknya juga punya tanggung jawab untuk memberikan informasi-informasi yang memiliki otoritas keberaksaraan.

Terlebih, pada era digitalisasi sekarang banyak bertebaran informasi-informasi yang justru menyesatkan masyarakat. “Maka, pelatihan semacam ini perlu diperbanyak, terutama menyasar terhadap para mahasiswa,” tandasnya. (her/tim)