Merespons Era “Pendidihan Bumi” Sudah Tiba: Masihkah Kita Berdiam diri? Apa Saja Upaya yang Mesti Kita Lakukan?

Extreme Heat Danger
Ilustrasi/Istimewa

Semarang, Idola 92.6 FM – Minggu (06/08) lalu, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mendeklarasikan bahwa era pemanasan global sudah berakhir dan babak pendidihan Bumi sudah tiba. Akankah retorika baru ini menggerakkan aksi nyata seluruh umat manusia untuk menghadapi krisis iklim?

Para penyangkal krisis iklim mungkin akan skeptis menghadapi kalimat metafora dari Guterres ini. Namun, para ilmuwan bisa melihat, kenapa Guterres sampai mengeluarkan istilah ini.

Gelombang panas berkepanjangan menjadikan Juli 2023 sebagai rekor suhu terpanas secara global. Terik matahari yang memanggang memicu kebakaran hutan terdahsyat dalam sejarah Kanada, menyebabkan kehancuran dan evakuasi, bahkan merenggut puluhan korban jiwa.

Lalu, merespons era Pendidihan Bumi yang sudah tiba; apakah sebagai bangsa kita hanya akan ‘berserah’ pada takdir; atau berikhtiar dengan segenap akal budi? Kenapa kita masih berdiam diri? Apa saja upaya yang mestinya harus dan bisa kita tanggung renteng bersama?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber, yakni: Prof Zaenuri Mastur (Pengamat Lingkungan dari Universitas Negeri Semarang) dan Uli Arta Siagian (Manager kampanye hutan dan kebun Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup (WALHI)). (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya: