Bagaimana Media Mainstream Mempertahankan Idealismenya di Tengah Shifting Media?

Podcast
Ilustrasi/Istimewa

Idola 92.6 FM – “Kita jarang menyadari, bahwa pikiran dan emosi kita yang paling pribadi—sebenarnya bukanlah pikiran kita sendiri. Karena kita berpikir dalam bahasa dan gambaran yang tidak kita ciptakan—namun diberikan kepada kita oleh Masyarakat, melalui peradaban” – Alan Watts

Alan Watts adalah seorang filsuf, penulis, dan pembicara kenamaan Britania, yang menulis lebih dari dua puluh lima buku dan banyak artikel tentang topik-topik seperti identitas diri, sifat sejati realitas, kesadaran, dan pengejaran kebahagiaan.

Pandangan yang disampaikan Alan Watts ini sangat relevan dengan situasi yang dialami media massa dewasa ini. Dalam konteks media yang terikat untuk ikut membangun peradaban.

Media massa di era digital saat ini, dinilai perlu mengambil kembali peran sebagai ‘penjaga gerbang’ atau gate keeper informasi untuk melawan penyebaran misinformasi, disinformasi, dan malinformasi. Hal itu bisa dilakukan dengan terlibat dalam gerakan cek fakta dan menyajikan informasi yang kredibel.

Hal itu disampaikan Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Camelia Pasandaran, dalam webinar ”Mengoptimalkan Peran Media Melawan Gangguan Informasi di Dunia Maya” yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia dan Google News Initiative di Jakarta, Rabu (10/01/2023) lalu.

Di ketahui, pada masa Pemilu 2024, penyebaran misinformasi, disinformasi, dan malinformasi di ruang digital makin masif. Hal ini memicu gangguan informasi yang menyesatkan. Media massa bisa menjadikannya momentum berperan sebagai ”penjaga gerbang” informasi demi mencerahkan publik.

Di sisi lain, media mainstream saat ini juga menghadapi problem shifting media dengan kehadiran media digital. Selain itu, tak bisa dipungkiri untuk kepentingan bisnis, media juga terjebak sebagai “media partisan” di tahun politik.

Lalu, bagaimana media mainstream mempertahankan idealismenya di tengah shifting media? Masihkah “agenda setting” media mainstream merepresentasikan “kehendak publik”?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber: Dr. Camelia Pasandaran (Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia), Sasmito Madrim (Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia), dan Muhamad Agung Dharmajaya (Wakil Ketua Dewan Pers). (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya: