Daya Saing Indonesia Mencapai Peringkat Terbaik Sepanjang Sejarah, Apa Maknanya bagi Perekonomian Indonesia?

Ilustrasi
Ikuti Kami di Google News

Semarang, Idola 92.6 FM – Tiap tahun, International Institute for Management Development (IMD), lembaga manajemen yang sangat kredibel merilis peringkat daya saing tiap negara. Baru tahun ini, peringkat Indonesia berada di posisi 27. Padahal, pada tahun 2020, Indonesia hanya urutan ke-40.

Sehingga, untuk pertama kalinya, daya saing Indonesia menempati peringkat tertinggi berdasarkan IMD melalui rilis World Competitiveness Ranking tahun 2024 tentang daya saing berbagai negara dunia. Dalam laporan terbaru ini, Indonesia menempati peringkat 27 dari 67 negara atau naik 7 peringkat dari tahun lalu yang ada di posisi 34.

Sejak 1997, baru kali ini Indonesia menembus peringkat 20-an yaitu pada periode pemerintahan kedua Presiden Joko Widodo dan menjadi yang terbaik sepanjang sejarah. Di wilayah Asia Tenggara, Indonesia termasuk tiga besar,  hanya berada di bawah Singapura (peringkat 1) dan Thailand (peringkat 25).

Ini artinya, pembangunan infrastruktur memang harus membutuhkan waktu untuk menuai hasilnya. Sekarang mulai berasa. Era Prabowo, yang nanti akan menikmati hasilnya. Ranking RI bahkan berada di atas Malaysia.  Ini penilaian yang obyektif dari Institute for Management Development. Berdasarkan beragam kriteria dan memakai data bukan hanya memakai perasaafeelingn. Ini pencapaian yang impresif dan layak diapresiasi.

Terlepas dari masih banyaknya kritik pada kebijakan ekonomi era Presiden Jokowi secara obyektif pencapaian Ranking Daya Saing ini dinilai sebagai sesuatu yang layak disyukuri karena bagus dampaknya buat ekonomi Indonesia.

Lalu, apa persisnya makna meningkatnya daya saing Indonesia di peringkat terbaik sepanjang sejarah? Apa maknanya bagi perekonomian Indonesia? Dan bagaimana memanfaatkan momentum ini dalam mencapai cita-cita Indonesia Emas?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber: Tauhid Ahmad  (Senior ekonom INDEF) dan Prof Ari Kuncoro (Ekonom/Rektor Universitas Indonesia). (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya:

Artikel sebelumnyaBersama LDII, Pemprov Jateng Ajak Tangani Masalah Stunting
Artikel selanjutnyaKrisis Kesehatan Mental di Kalangan Remaja Semakin Banyak Dilaporkan dari Sejumlah Negara, Bagaimana Cara Mengantisipasinya?