Menguak Fenomena Gempa Bawean yang Dinilai Tak Lazim, Dapatkah Kita Memitigasi Gempa?

Gempa Bawean
Dampak destruktif gempa Bawean, Kerusakan yang Merata di Wilayah Jawa Timur. (Photo/Istimewa)

Semarang, Idola 92.6 FM – Beberapa waktu lalu, tepatnya, Jumat (22/03/2024), sebagian masyarakat di Jawa Timur dan Jawa Tengah dikagetkan dengan guncangan gempa tektonik di Laut Jawa. Dampak gempa pun juga dirasakan hingga Kota Semarang, Demak, Kendal, dan sekitarnya. Rentetan gempa yang berpusat di Laut Jawa sebelah barat Bawean itu dinilai tergolong kejadian luar biasa.

Memasuki hari ketiga dari gempa pertama (Minggu (24/3/2024), rangkaian gempa tektonik pun masih terjadi terus-menerus dengan kekuatan bervariasi mulai dari Magnitudo 2 hingga Magnitudo 7. BMKG mendata, sampai pukul 11.00 di hari ketiga, terdapat 238 gempa susulan.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, sebanyak 23 kecamatan di Jawa Timur mengalami kerusakan parah akibat gempa Tuban-Bawean. Sebanyak 23 kecamatan itu tersebar di 21 kabupaten dan 7 kota di Jawa Timur yang terdampak gempa. Kabupaten Tuban menjadi wilayah paling banyak mengalami kerusakan parah. Tercatat, ada lebih dari 9 ribu jiwa mengungsi akibat gempa.

BMKG menyebut, gempa Bawean merupakan kejadian luar biasa. Peristiwa tersebut ”tidak lazim” karena rentetan dua gempa signifikan berkekuatan Magnitudo 5,9 dan Magnitudo 6,5 terjadi di kawasan dengan aktivitas kegempaan rendah atau low seismicity.

Lalu, menguak fenomena gempa Bawean yang dinilai tak lazim; mungkinkah kita bisa memitigasi gempa? Apa yang harus kita lakukan untuk meminimalkan dampaknya? Pelajaran berharga apa yang bisa dipetik oleh pemangku kebijakan serta warga terdampak bencana–sebagai bagian dari mitigasi dan adaptasi tinggal di kawasan pertemuan lempeng tektonik aktif?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber: Dr Ir Amien Widodo MSi (Peneliti Senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) ITS Surabaya) dan Daryono (Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG). (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya: