Menteri Kebudayaan Fadli Zon bersama Wagub Taj Yasin saat berada di Pameran Kain Nusantara 2025.

Semarang, Idola 92,6 FM-Sebanyak 36 museum se-Indonesia menampilkan koleksi unggulannya, pada Pameran Kain Nusantara 2025 di Museum Ranggawarsita Semarang, pekan kemarin.

Dengan tema “Rupa Warna Wastra Nusantara”, sejumlah agenda memeriahkan pameran kain tersebut di antaranya workshop membatik hingga seminar tata kelola museum.

Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengapresiasi upaya Pemprov Jawa Tengah, yang memersiapkan pameran wastra nusantara dengan baik.

Menurut Fadli Zon, kegiatan yang mengenalkan berbagai koleksi pilihan museum se-Indonesia tersebut merupakan bagian dari upaya pemajuan kebudayaan.

“Kami mengapresiasi dilaksanakannya pameran wastra kain tradisional nusantara di Museum Ranggawarsita. Ini adalah bagian dari pemajuan kebudayaan, apalagi kain tradisional wastra beragam sekali,” kata Fadli Zon.

Fadli Zon menjelaskan, pameran tersebut juga menjadi upaya pelestarian warisan budaya Indonesia sekaligus penguatan identitas kebangsaan melalui budaya wastra tradisional.

Pameran tidak tidak hanya menampilkan ragam kain dari berbagai provinsi, tetapi juga kisah dan teknik serta nilai yang terkandung di baliknya.

“Pameran ini bukan hanya ajang apresiasi seni tekstil, tetapi juga panggung untuk memperlihatkan betapa kayanya identitas budaya kita yang tercermin dalam helai-helai kain dari Sabang sampai Merauke,” jelasnya.

Lebih lanjut Fadli Zon menjelaskan, kayanya warisan wastra Nusantara mencerminkan mega diversity budaya Indonesia serta potensinya dalam mendukung ekonomi berkelanjutan.

Wagub Taj Yasin Maimoen merasa bangga, karena Jateng dipercaya sebagai tuan rumah Pameran Kain Nusantara.

Selama ini, Pemprov Jateng terus berkomitmen melestarikan kebudayaan.

“Kalau bicara tentang kain atau batik, itu sarat dengan filosofi, sarat dengan kebudayaan yang kita miliki,” ucap Gus Yasin. (Bud)

Artikel sebelumnyaRegenerasi Pendonor Darah Didorong Lewat Sosialisasi ke Sekolah
Artikel selanjutnyaBagaimana Mendudukkan Antara Kritik Publik dan Penghinaan dalam Sistem Demokrasi Kita?