Rahmat Dwisaputra, Kepala KPw BI Jateng.

Semarang, Idola 92,6 FM-Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah terus memerkuat strategi pengendalian inflasi, dan mendorong diversifikasi pangan pangan hingga memangkas rantai pasok beras.

BI Jateng menegaskan komitmennya, dalam memerkuat pengendalian inflasi daerah melalui sejumlah langkah strategis.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jateng Rahmat Dwisaputra mengatakan perekonomian provinsi ini mencatatkan pertumbuhan 5,37 persen pada triwulan III, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,04 persen. Hal itu dikatakan di sela kegiatan media briefing di Hotel Tentrem Semarang, Rabu (19/11).

Rahmat menjelaskan, seluruh strategi pengendalian inflasi diarahkan pada empat fokus utama atau 4K.

Yakni keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif.

Menurutnya, BI bersama pemerintah daerah siap memitigasi setiap potensi lonjakan permintaan, termasuk melalui pendampingan produksi dan pengawasan stok di lapangan.

“Apapun dinamika permintaan, kami bersama pemerintah provinsi akan selalu menyiapkan langkah mitigasi. Fokus kami memastikan pasokan aman, harga terjangkau, distribusi lancar dan komunikasi berjalan baik,” kata Rahmat.

Lebih lanjut Rahmat menjelaskan, guna menjaga stabilitas harga pangan, BI Jateng mendorong diversifikasi konsumsi protein masyarakat melalui kampanye “Gemar Makan Ikan”.

Langkah tersebut dilakukan, untuk mengurangi ketergantungan pada telur dan daging ayam ras yang kerap memicu gejolak harga.

Edukasi dan sosialisasi dilaksanakan bersama Dinas Kelautan dan Perikanan Jateng.

“Bank Indonesia juga meningkatkan efektivitas pengendalian inflasi beras. Pengendalian harga cabai turut dilakukan melalui pengembangan produk olahan seperti cabai kering, pasta cabai, dan pasta bawang agar harga lebih stabil saat terjadi lonjakan produksi,” jelasnya.

Diketahui, inflasi Jateng pada Oktober 2025 tercatat 0,40 persen (mtm).

Sedang secara tahunan, inflasi Jateng mencapai 2,86 persen (yoy), dan secara year-to-date sebesar 2,01 persen. (Bud)

Artikel sebelumnyaRiset Macquarie: Iklim Investasi Membaik, Pasar Saham Indonesia Tetap Menarik di 2026
Artikel selanjutnyaPrabowo Resmikan RS Kardiologi Emirates–Indonesia: Simbol Persahabatan Dua Bangsa