
Semarang,Idola 92.6 FM – Akademisi dan Pengamat Hukum Internasional Universitas Indonesia Prof Hikmahanto Juwana mengatakan, lawatan Presiden Prabowo Subianto ke sejumlah negara baru-baru ini semakin membuat pamor Indonesia semakin dikenal di mata internasional. Dengan demikian, dunia semakin mengenal Indonesia.
โJadi, dunia semakin mengenal Indonesia, dan beliau (Presiden Prabowo-Red), jika bertemu para pemimpin dunia ini memang ada formalnya, tapi ada informalnya juga. Ini menunjukkan kemesraan hubungan antara beliau dengan para pemimpin dunia,โ kata Prof Hikmahanto Juwana, saat diwawancara dalam diskusi program Good to Great di Radio Idola Semarang, Kamis (17/07) pagi.
Dalam konteks diplomasi antarnegara, Prof Hikmahanto Juwana berharap, diplomasi harus terus diperkuat seiring dengan kedekatan Presiden Prabowo Subianto dengan sejumlah negara. Hal ini, menurut Prof Gihik, menjadi tanggung jawab kepala perwakilan Indonesia atau diplomat, duta besar di negara-negara tersebut untuk kemudian berkoordinasi dengan para menteri di dalam negeri.
โBagaimana upaya dari kepala perwakilan untuk melihat potensi-potensi apa yang bisa memberikan kesejahteraan rakyat,โ ujar Prof Gihik, panggilan akrab Prof Hikmahanto Juwana.
Prof Gihik menambahkan, Presiden sudah membawa Indonesia ke kancah dunia dan membuat hubungan yang akrab dengan kepala pemerintahan negara lain. Namun, kalau hal itu tidak dilanjuti, maka tak ada artinya.
โMaka, saya selalu katakan bahwa kepala-kepala perwakilan dan staf-stafnya. Dan, juga para menteri, bisa benar-benar mencermati apa yang diinginkan oleh bapak presiden. Terjemahkan itu! Buat kemudian, monetize–kalau bahasa sekarang. Jadi, kalau kita nih muncul-muncul di instagram, di tiktok, tapi kalau tak bisa diduitkan, buat apa! Jadi harus dimonetize! Harus dipikirkan Keuntungannya apa? Dan, keuntungan bagi kedua negara, khususnya keuntungan bagi Indonesia,โ tandas Prof Gihik.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto menuntaskan lawatannya selama enam belas hari di angkaian kunjungan kerja ke sejumlah negara di kawasan Timur Tengah, Amerika Latin, hingga Eropa.
Sejumlah capaian penting dari lawatan Presiden Prabowo semakin memperkuat posisi strategis Indonesia di panggung global. Di Brussels Belgia, salah satu pencapaian penting yang menjadi terobosan baru adalah tercapainya kesepakatan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) antara Indonesia dan Uni Eropa. Negosiasi yang sudah berlangsung 10 tahun dan sembilan belas putaran akhirnya selesai.
Dengan tercapainya kesepakatan CEPA, tarif ekspor Indonesia ke Uni Eropa saat ini menjadi nol persen. Dari sebelumnya ada yang 10 persen hingga 20 persen. Adanya kesepakatan ini tentu saja diharapkan mendukung investasi, industri, dan ekonomi. Selain itu, dengan populasi mencapai 700 juta jiwa, CEPA dapat membuka akses Indonesia ke Eropa secara lebih luas.
Bukan hanya itu, Uni Eropa memberikan kemudahan lain bagi warga Indonesia yang berkunjung ke negara-negara anggota Uni Eropa. Dampaknya, sejak 13 Juli 2025, warga Indonesia yang mengunjungi negara Eropa untuk kedua kalinya berhak mendapatkan visa Schengen jenis multi-entry. Ini memungkinkan pemegang visa untuk keluar masuk wilayah Uni Eropa berkali-kali selama masa berlaku visa.
Sementara itu di Prancis, Indonesia mencetak sejarah baru sebagai tamu kehormatan dalam Parade Militer Bastille Day 2025. Undangan khusus dari Presiden Prancis Emmanuel Macron kepada pemimpin negara yang tidak terjadi setiap tahun itu, menunjukkan tingginya kepercayaan Prancis terhadap Indonesia.ย (her/yes/tim)