Daging ayam ras menjadi penyumbang inflasi di Jateng.

Semarang, Idola 92,6 FM-BPS Jawa Tengah mencatat, inflasi year on year (y-on-y) pada September 2025 sebesar 2,65 persen, dan Kabupaten Rembang menjadi daerah dengan inflasi tertinggi sebesar 2,89 persen.

Sedangkan inflasi terendah, tercatat di Kota Surakarta sebesar 2,35 persen.

Plt Kepala BPS Jateng Endang Tri Wahyuningsih mengatakan inflasi dipengaruhi kenaikan harga, di sepuluh kelompok pengeluaran. Hal itu dikatakan melalui siaran pers secara daring, Rabu (1/10).

Endang menjelaskan, kenaikan tertinggi terjadi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 4,41 persen serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang naik hingga 8,73 persen.

Menurut Endang, secara bulanan (m-to-m), inflasi Jateng pada September 2025 tercatat 0,21 persen.

Sedangkan daging ayam ras, menjadi penyumbang inflasi bulanan terbesar dengan andil 0,14 persen.

“Cabai merah memberikan andil 0,08 persen, disusul telur ayam ras, Sigaret Kretek Mesin (SKM), dan cabai rawit yang masing-masing menyumbang 0,01 persen. Kenaikan harga daging ayam ras dan cabai merah cukup dominan, namun secara umum inflasi masih terkendali di bawah tiga persen,” kata Endang.

Lebih lanjut Endang menjelaskan, beberapa komoditas justru memberikan andil deflasi.

Bawang merah menjadi penyumbang deflasi tertinggi dengan andil 0,12 persen, diikuti tarif kereta api sebesar 0,02 persen serta tomat, terong, bawang putih dan angkutan udara masing-masing 0,01 persen.

“Dengan kondisi ini, BPS menilai stabilitas harga di Jawa Tengah tetap terjaga. Pemerintah daerah bersama pemangku kepentingan diharapkan terus melakukan pengawasan pasokan pangan agar tekanan inflasi dari komoditas utama dapat diminimalisasi. Meski ada tekanan dari beberapa komoditas pangan, inflasi di Jawa Tengah masih terkendali dan daya beli masyarakat tetap terjaga,” pungkasnya. (Bud)