Semarang, Idola 92.6 FM-Pemerintah Indonesia baru-baru ini meluncurkan 17 program paket stimulus ekonomi yang dinamakan “Paket Stimulus Ekonomi 8+4+5” dengan total stimulus mencapai Rp16,23 triliun. Melalui stimulus paket ekonomi ini, harapannya, pemerintah mampu mengejar target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen pada akhir 2025.
Program ini mencakup delapan inisiatif utama, empat program yang diperpanjang ke 2026 serta lima program khusus untuk penyerapan tenaga kerja.
Salah satu stimulus dalam delapan inisiatif utama adalah diskon 50% iuran BPJS Ketenagakerjaan untuk pengemudi ojek online (ojol), ojek pangkalan, sopir, kurir dan logistik. Selain itu, pemerintah juga akan memberikan bantuan pangan berupa 10 kg beras selama dua bulan terhadap 18,3 juta keluarga penerima manfaat.
Sejumlah ekonom memprediksi, efek stimulus “8+4+5” tidak akan instan. Menurut mereka, dampak paket ekonomi itu bergantung pada kecepatan penyerapan anggaran dan implementasi di lapangan.
Lalu, bagaimana agar Paket Ekonomi 8-4-5 benar-benar efektif dalam mendorong ekonomi mencapai target pertumbuhan 5,2%? Apa saja tantangan utama yang perlu diantisipasi pemerintah terutama dari perspektif ekonomi makro maupun dunia usaha?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber: Direktur Pengembangan Big Data Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Eko Listiyanto dan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI), Adhi S Lukman. (her/yes/don/dav)
Simak podcast diskusinya: