Semarang, Idola 92.6 FM-Belakangan ini, perhatian publik terhadap literasi digital semakin besar. Namun, Pemerintah mengingatkan agar literasi digital juga beriringan dengan semangat untuk mengenalkan budaya sebagai upaya bagian dari pendidikan karakter.
Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, mengingatkan bahwa literasi digital tidak bisa berdiri sendiri. Ia menekankan pentingnya perpaduan antara literasi digital dan pendidikan budaya untuk membentuk karakter generasi muda yang kuat dan tetap mencintai Tanah Air.
Pernyataan ini menarik karena di tengah derasnya arus digitalisasi, anak-anak kita semakin mudah bersentuhan dengan nilai dan budaya global. Namun, di sisi lain, ada risiko terlepasnya akar budaya lokal dan melemahnya karakter kebangsaan jika tidak diimbangi dengan pendidikan budaya yang relevan dan menarik bagi generasi digital.
Dalam pengaturan ruang digital, Kementerian Komunikasi dan Digital tidak hanya mengatur tata kelola siber tetapi juga memastikan ruang komunikasi dan informasi menjadi medium penyebaran nilai budaya bangsa. Pemerintah juga menghadirkan berbagai program untuk menyiapkan generasi emas 2045 termasuk regulasi terbaru lewat Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2025 tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Perlindungan Anak (PP TUNAS).
Lalu, bagaimana kita bisa mengintegrasikan keduanya—antara literasi digital pendidikan budaya? Bagaimana membuat literasi digital bukan hanya soal melek teknologi tapi juga menjadi sarana menanamkan nilai budaya dan karakter bangsa? Dan seperti apa peran keluarga, sekolah, maupun ekosistem digital kita dalam membentuk keseimbangan antara dunia maya dan dunia nyata bagi anak-anak kita?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, nanti kami akan berdiskusi dengan narasumber, yakni: Enda Naution (Penulis yang dikenal sebagai Bapak Blogger Indonesia) dan Dr Martadi, M.Sn (Pengamat pendidikan & wakil rektor Universitas Negeri Surabaya). (her/yes/dav)
Simak podcast diskusinya: