Semarang, Idola 92.6 FM – Hari ini, umat muslim di seluruh dunia memperingati Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 Hijriyah. Secara etimologis, hijrah artinya berpindah. Tetapi sebagai terminology, hijrah mengandung dua makna. Yakni, hijrah makani dan hijrah maknawi.
Hijrah makani adalah hijrah secara fisik. Yaitu, berpindah dari suatu tempat yang kurang baik menuju tempat yang lebih baik. Sedangkan, hijrah maknawi artinya berpindah dari nilai yang kurang baik menuju nilai yang lebih baik. Dari kebathilan menuju kebenaran.
Kedua makna hijrah itu pulalah yang sekaligus terangkum dalam hijrah Rasulullah SAW dan para sahabatnya dari Mekah ke Madinah. Secara makani jelas mereka berjalan dari Makkah ke Madinah menempuh padang pasir sejauh kurang lebih 450 km. Secara maknawi, mereka hijrah demi terjaganya misi Islam.
Dalam konteks Keindonesiaan sekarang ini, kita semua juga tengah mensyukuri dan merayakan Kemerdekaan Republik Indonesia dengan segala capaiannya. Kemerdekaan sejatinya adalah pintu gerbang untuk melakukan hijrah dengan berbagai pembangunan ke arah yang lebih baik. Bangsa kita telah hijrah dari era penjajahan menuju era kebebasan. Dan, bisa pula kita maknai, bagaimana mengisi kemerdekaan dengan berbagai kemajuan, bebas kemiskinan, bebas ketertinggalan, hingga bebas korupsi.
Nah, pada perbincangan khas Jumat Informal Meeting pagi ini, radio Idola Semarang akan menggali bagaimana mentransformasikan “spirit hijrah” dalam kehidupan berbangsa dan bernegara khususnya dalam dimensi Sosial dan Budaya? Lalu, bagaimana mengkonversi “spirit hijrah” untuk mendorong semangat perubahan dan perbaikan demi meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia menuju Indonesia Maju 2045?
Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Prof Masdar Hilmy (Direktur Pascasarjana UIN Sunan Ampel/ Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya periode 2018-2022) dan Dr. Saifur Rohman (Ahli filsafat dan Budayawan Universitas Negeri Jakarta). (her/yes/dav)
Simak podcast diskusinya: