Semarang, Idola 92,6 FM-Upaya dunia menekan emisi karbon kini memasuki babak baru: bagaimana mengangkut hasil tangkapan karbon ke lokasi penyimpanan yang aman.
PT Pertamina International Shipping (PIS) pun tak mau ketinggalan.
Anak usaha Pertamina ini resmi menegaskan diri, siap menjadi pemain utama dalam bisnis pengangkutan karbon lintas negara, sebuah peluang besar yang tengah dibicarakan di level global.
Keseriusan itu disampaikan langsung Vice President Business Development PIS, Muthia Rizky Neldi, dalam forum internasional The 5th Asia CCUS Network Forum di Jakarta, belum lama ini.
Forum ini memertemukan para pelaku industri energi dan teknologi CCS/CCUS (Carbon Capture, Utilisation and Storage) dari berbagai negara, membahas masa depan dekarbonisasi dunia.
“PIS melihat peluang besar dalam value chain LCO₂ untuk berperan sebagai jembatan strategis yang menghubungkan emitor dengan penyedia fasilitas penyimpanan karbon,” kata Muthia.
Menurutnya, dengan armada dan infrastruktur yang dimiliki, PIS siap mengoperasikan kapal khusus pengangkut karbon terlikuidasi (LCO₂), lengkap dengan terminal penerimaan hingga pengelolaan menuju lokasi penyimpanan permanen di bawah laut.
Sebagai perusahaan pelayaran energi terkemuka, PIS kini mengelola lebih dari 106 kapal dengan berbagai tipe mulai dari gas carrier, crude carrier hingga very large gas carrier.
Sebanyak 65 kapal di antaranya telah melayani rute internasional di 63 jalur perdagangan dunia, didukung kantor cabang di Singapura, Dubai dan London.
Kapabilitas inilah yang diyakini menjadi modal penting PIS untuk masuk ke bisnis baru: transportasi karbon.
“Tak hanya berbicara peluang bisnis, langkah PIS juga sejalan dengan strategi nasional. Indonesia diketahui memiliki potensi besar penyimpanan karbon, salah satunya Cekungan Sunda Asri yang mampu menampung hingga 1,1 gigaton CO₂,” jelasnya.
Muthia menjelaskan, dengan posisi geografis yang strategis, Indonesia berpeluang menjadi pusat CCS/CCUS di Asia Tenggara, dan PIS siap menjadi tulang punggung logistiknya.
“PIS juga mulai berinvestasi pada teknologi cerdas lewat PIS-SmartShip. Hingga pertengahan 2025, setidaknya 50 persen armada sudah dilengkapi fitur SmartShip 2.0. Hasilnya nyata: efisiensi bahan bakar hingga 324 ton dan pengurangan emisi 1.021 ton CO₂ hanya dalam satu bulan operasi,” imbuhnya.
Lebih lanjut Muthia menjelaskan, teknologi ini sekaligus mendukung pemantauan emisi secara real-time, sebuah langkah penting menuju rantai pasok yang lebih hijau.
Kehadiran PIS dalam forum ini, juga menunjukkan kontribusi aktif Indonesia dalam mendukung target Net Zero Emission 2060.
Dengan strategi terintegrasi dari laut hingga terminal, PIS menegaskan diri sebagai mitra logistik maritim yang mendukung transisi energi global. (Bud)