Semarang, Idola 92,6 FM-Ratusan pengemudi ojek online (ojol) maupun taksi online (takok) melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor gubernur Jawa Tengah, Selasa (20/5).
Aksi unjuk rasa dilakukan menjadi puncak kekecewaan para ojol maupun takok, yang dijadikan “sapi perahan” dari aplikator.
Koordinator Sat Komando (Sako) Cak Thomas mengatakan sampai dengan saat ini, ojol maupun takok yang disebut mitra ternyata dijadikan sapi perahan dari aplikator.
Cak Thomas menjelaskan, salah satu aplikator bahkan menerapkan tarif berlangganan bagi ojol saat menarik penumpang.
Dalam sebulan jika berlangganan, maka dikenakan tarif langganan sebesar Rp390 ribu.
Menurut Cak Thomas, beban biaya langganan itu dianggap memberatkan dan seharusnya bisa untuk mencukupi kebutuhan para ojol.
“Ganti oli ojol saja itu minimal sebulan dua kali, belum ganti ban dan servis lainnya. Karena uangnya untuk membayar biaya langganan, akhirnya kita mengabaikan faktor keselamatan,” kata Cak Thomas.
Lebih lanjut Cak Thomas menjelaskan, banyak para ojol yang berpamitan kepada keluarga untuk pergi bekerja tetapi pulang tidak bawa uang.
“Benar kerja kita itu fleksibel, 24 jam dan berjibaku mencari uang yang akhirnya mengabaikan keselamatan,” jelasnya.
Cak Thomas membandingkan kondisi saat ini dengan saat terjadi pandemi atau sebelum pandemi, yang dirasa cukup jauh.
Sebelum pandemi terjadi, setiap ojol rerata bisa membawa uang Rp200 ribu lebih tiap harinya.
Namun sesudah pandemi terjadi, pendapatan ojol terjun bebas.
“Sekarang dapat Rp100 ribu sehari itu ngoyo tidak karuan, kerja 24 jam. Kita sampai ngalong buat bisa bawa uang pas pulang,” pungkasnya. (Bud)