Peserta lomba Cerdas Pangan SPPG sedang menyiapkan menu makan dengan bahan pangan lokal.

Semarang, Idola 92,6 FM-Dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia, Dinas Ketahanan Pangan menggelar kegiatan yang mengajak pengelola Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kota Semarang untuk lebih kreatif dalam mengolah Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Balai Kota Semarang, Rabu (22/10).

Yakni, dengan memanfaatkan bahan pangan lokal.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Semarang Endang Sarwiningsih Setyawulan mengatakan kegiatan ini menjadi bagian, dari upaya memerkuat ketahanan pangan sekaligus menanamkan kesadaran pentingnya konsumsi pangan lokal di kalangan generasi muda.

Menurutnya, keterlibatan SPPG memiliki dampak langsung terhadap ketersediaan bahan pangan dan kestabilan harga di tingkat masyarakat.

Dengan meningkatnya kreativitas pengolahan pangan lokal, permintaan terhadap hasil bumi daerah pun bisa naik dan berkontribusi terhadap perekonomian lokal.

“Tujuan kegiatan ini, agar SPPG mampu melaksanakan ketahanan pangan secara nyata. Kita ingin mencetak Generasi Emas 2045 yang tidak hanya sehat dan bergizi, tapi juga mencintai produk pangan lokal. Kalau bahan-bahan lokal semakin banyak digunakan, otomatis permintaan dari petani atau produsen lokal juga meningkat. Ini bisa memperkuat perekonomian masyarakat dari bawah,” kata Endang.

Endang menjelaskan, masih banyak pendamping menu di sekolah yang mengandalkan nasi sebagai sumber karbohidrat utama.

Oleh karena itu, pihaknya terus mengampanyekan gerakan “kenyang tidak harus nasi” dengan memerkenalkan berbagai alternatif seperti umbi-umbian, jagung atau kentang sebagai pengganti nasi.

“Kami berharap para SPPG bisa mulai mengolah menu pendamping beras. Misalnya dalam satu minggu, nasi cukup tiga kali, sisanya bisa diganti dengan kentang, singkong, atau bahan lokal lain. Dengan begitu anak-anak juga belajar mengenal dan menyukai pangan lokal,” jelasnya.

Lebih lanjut Endang berharap kepada pengelola SPPG, tetap kreatif dan inovatif dalam menyajikan menu yang menarik bagi anak-anak, meski dengan keterbatasan anggaran.

“Anak-anak sekarang sudah terbiasa dengan beragam jenis makanan. Jadi, tantangannya adalah bagaimana membuat menu yang sehat, menarik, dan tetap berbasis bahan pangan lokal. Dengan cara itu, ekonomi lokal tumbuh, ketahanan pangan terjaga, dan masyarakat makin sejahtera,” pungkasnya. (Bud)