
Langkat, Idola 92.6 FM-Sosok satu ini dijuluki Perintis Ekonomi Sirkular dari Bukit Lawang Sumatra Utara. Ia mendirikan Sumatra Trash Bank pada 2020 sebagai respons atas menumpuknya sampah plastik di kawasan wisata konservasi orangutan yang tidak memiliki TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang layak. Melalui konsep tabungan sampah, lebih dari 400 rumah tangga, sekolah, hotel, dan restoran kini menjadi nasabah aktif yang menabung plastik untuk kemudian diolah menjadi produk bernilai jual seperti ecobrick, kerajinan upcycle, dan balok HDPE.
Sosok itu adalah Hanzalah Rangkuti, pendiri Sumatra Trash Bank asal Bukit Lawang kabupaten Langkat Sumatra Utara. Ia baru-baru ini terpilih sebagai penerima SATU Indonesia Awards 2025 bidang Lingkungan.
Menurut Hanzalah, kegiatan Sumatra Trash Bank berawal kala pandemi covid-19 pada 2020. Hanzalah yang sebelumnya berprofesi sebagai pemandu wisata bingung, ketika tidak menerima tamu/wisatawan dan warga tidak bisa bepergian (karena covid), tapi mengapa sampahnya masih banyak.

Ia mengatakan, konsep Sumatra Trash Bank seperti bank sampah pada umumnya. Yang membedakan adalah pembuatan Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
“Konsep seperti bank sampah pada umumnya. Tapi kita membuatkan TPA. Awal mula membukakan untuk masyarakat, untuk membantu memilah sampah. Tapi masyarakat tetap buang sampah di pinggir sungai. Akhirnya kita bukakan (TPA,red),”tutur Hanzalah kepada radio Idola Semarang, pagi (16/12) tadi.

Gerakan menabung sampah tak hanya mengurangi volume sampah tetapi juga membuka sumber pendapatan baru bagi warga serta menekan kebiasaan membuang sampah ke sungai yang merusak ekosistem. Hanzalah juga rutin mengadakan aksi bersih-bersih setiap Jumat untuk menanamkan kesadaran bahwa menjaga kebersihan berarti menjaga kehidupan.
Selengkapnya, berikut ini wawancara radio Idola Semarang bersama Hanzalah Rangkuti pendiri Sumatra Trash Bank asal Bukit Lawang Sumatra Utara. (yes/her)
Simak podcast wawancaranya:













