Sumarjono
Sumarjono, Kepala OJK Jateng.

Semarang, Idola 92,6 FM-OJK Jawa Tengah menilai, kondisi Industri Jasa Keuangan (IJK) di provinsi ini sampai dengan posisi 30 November 2024 dalam kondisi stabil dan kinerja yang positif serta didukung likuiditas memadai serta tingkat risiko terjaga.

Kepala OJK Jateng Sumarjono mengatakan kondisi perbankan Indonesia saat ini, berada dalam posisi yang kuat dan tangguh (resilient) untuk menghadapi berbagai dinamika perekonomian. Pernyataan itu disampaikan melalui siaran pers, kemarin.

Sumarjono menjelaskan, hal itu didukung tingkat permodalan yang kokoh dan likuiditas memadai serta penerapan manajemen risiko yang baik.

“Kinerja penyaluran kredit perbankan di wilayah Jawa Tengah menunjukkan tren pertumbuhan positif pada November 2024, yang mencapai 5,11 persen yoy menjadi Rp426,35 triliun. Kredit/pembiayaan bank umum (termasuk bank umum syariah dan unit usaha syariah) di Jawa Tengah mencatat pertumbuhan sebesar 5,53 persen yoy menjadi sebesar Rp388,01 triliun,” kata Sumarjono.

Menurut Sumarjono, kredit/pembiayaan BPR dan BPRS tumbuh 1,07 persen yoy menjadi sebesar Rp38,34 triliun.

Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan di wilayah Jateng didominasi pertumbuhan kredit investasi dan konsumsi masing-masing sebesar 9,03 persen yoy dan 8,40 persen yoy.

“Dukungan perbankan dalam mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di wilayah Jawa Tengah menunjukkan pertumbuhan sebesar 2,82 persen yoy dengan total nominal penyaluran kredit/pembiayaan sebesar Rp208, 76 triliun dengan share terhadap total kredit/pembiayaan sebesar 49,03 persen,” jelasnya.

Lebih lanjut Sumarjono menjelaskan, untuk sektor ekonomi terbesar penyaluran kredit/pembiayaan perbankan di wilayah Jateng mayoritas pada sektor perdagangan besar dan eceran (29,93 persen) disusul industri pengolahan (15,74 persen) dan konsumtif (10,88 persen) serta pertanian, perburuan dan kehutanan (6,62 persen) dan jasa (5,37 persen).

“Kualitas kredit di wilayah Jawa Tengah tetap terjaga, dengan rasio NPL gross Bank Umum tercatat 4,61 persen, sedangkan rasio NPL gross BPR dan BPRS berada di angka 16,03 persen,” pungkasnya. (Bud)