Semarang, Idola 92.6 FM – Baru-baru ini, publik dikagetkan dengan aksi tawuran yang hendak dilakukan bocah-bocah SD di Depok Jawa Barat. Dua kelompok murid SD Cilangkap, Tapos, Kota Depok, diduga janjian untuk tawuran lewat media sosial.

Meski mereka belum sempat saling serang karena terlebih dahulu dilerai penjaga sekolah, aksi para bocah SD ini membuat miris dan prihatin sejumlah pihak, salah satunya adalah Kak Seto. Menurut Kak Seto yang juga Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), aksi tawuran yang melibatkan murid SD di Depok sebagai alarm keras gagalnya sistem pendidikan yang ramah anak.

Ia menilai, peristiwa ini bukan semata soal kekerasan antarsiswa tetapi menyimpan akar masalah yang lebih dalam yakni sekolah dan rumah tak lagi menjadi tempat aman untuk tumbuh. Saat anak kehilangan arah dan ruang aman untuk berekspresi dan berkembang, mereka akan mencari pelarian. Dan, pelarian itu bisa berupa kekerasan, tak terkecuali tawuran.

Kita tentunya prihatin dengan peristiwa ini. Dan, tak membiarkan hal ini semakin meluas.

Lalu, bagaimana mestinya kita menyikapi fenomena tawuran yang dilakukan bocah SD di Depok Jawa Barat? Benarkah sekolah dan rumah tak lagi menjadi tempat aman untuk tumbuh?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber Psikolog Pendidikan Anak & Remaja, Anissa Rizky Andriany. (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya:

Artikel sebelumnyaBagaimana Mendudukkan Antara Kritik Publik dan Penghinaan dalam Sistem Demokrasi Kita?
Artikel selanjutnyaPemprov Getol Jadikan Sektor Pariwisata Jadi Daya Ungkit Ekonomi Jateng