
Semarang, Idola 92,6 FM-Inklusi dengan literasi keuangan di Jawa Tengah, masih terjadi kesenjangan.
Inklusi keuangan berada di angka 80 persen, sedangkan literasi keuangan di angka 60 persen.
Kepala OJK Jateng Hidayat Prabowo mengatakan berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025, indeks literasi keuangan provinsi ini sebesar 66,46 persen dan inklusi keuangan mencapai 80,51 persen. Hal itu dikatakan saat ditemui di kantornya, kemarin.
Menurutnya, hasil survei tersebut menunjukkan tingkat penggunaan produk/layanan jasa keuangan masyarakat Jateng lebih tinggi dibandingkan tingkat pemahaman masyarakat dalam menggunakan produk/layanan tersebut.
“Literasi keuangan merupakan pondasi untuk mencapai merdeka finansial. Kita harapkan, gap yang masih jauh ini bisa semakin mengecil,” kata Hidayat.
Hidayat menjelaskan, guna menyeimbangkan antara literasi dan inklusi keuangan di Jateng, dilaksanakan melalui penunjukan campaign manager dan collaborator yang lebih maksimal dari industri jasa keuangan.
“Dalam rangka meningkatkan literasi keuangan, kami juga sudah memiliki tiga orang duta literasi melalui Insan Penggerak Literasi dan Digitalisasi (Perintis) Keuangan di setiap kabupaten/kota di Jawa Tengah,” jelasnya.
Sekda Jateng Sumarno menambahkan, inklusi tetap harus didorong karena tuntutan transaksi di era digitalisasi.
“Tantangan literasi dan inklusi ini menjadi PR bagi kita semua. Bagaimana mempermudah akses pendanaan, sekaligus mendorong literasi keuangan di Jawa Tengah,” ucap Sumarno.
Sumarno menjelaskan, kendala yang dihadapi masyarakat adalah rasa takut masuk ke bank karena khawatir akan mengalami kesulitan dan sebagainya. (Bud)