Profesor Juhadi, ahli geografi kebencanaan dari Universitas Negeri Semarang (UNNES). Ia berinovasi membuat sistem peringatan dini longsor berbasis Android diberi nama Lindu (kepanjangan; Land Instability Detection Unit).(Foto: Juhadi)

Semarang, Idola 92.6 FM-Merespons masih minimnya mitigasi kebencanaan khususnya potensi gempa dan tanah longsor, sosok satu ini merancang sebuah sistem peringatan dini longsor berbasis Android. Melalui platform ini, masyarakat dapat memantau serta mendeteksi potensi pergerakan tanah di suatu kawasan.

Sosok akademisi itu yakni Profesor Juhadi, ahli geografi kebencanaan dari Universitas Negeri Semarang (UNNES). Ia berinovasi membuat sistem peringatan dini longsor berbasis Android diberi nama Lindu (kepanjangan; Land Instability Detection Unit). Platform digital ini memungkinkan deteksi, pemantauan, dan peringatan bagi potensi pergerakan tanah di suatu kawasan.

Salah satu daerah yang diriset adalah daerah Trangkil Kecamatan Sukorejo Kota Semarang yang tanahnya dikenal kurang stabil.

Salah satu induk sensor “LINDU” yang di lapangan karya Profesor Juhadi, ahli geografi kebencanaan dari Universitas Negeri Semarang.(Foto: Juhadi)

Lindu hadir dengan antarmuka sederhana tetapi canggih, memungkinkan warga dan otoritas lokal mendapat sinyal dini jika terjadi ketidakstabilan tanah. Melalui notifikasi instan di smartphone, sistem ini membantu Masyarakat dengan peringatan dini.

“Alat ini InshaAllah nanti akan terkoneksi dari satu tempat ke tempat lain. Misal ada sirine. Jauh hari sebelumnya, bahwa di situ ada gejala ada gerakan tanah. Tidak hanya gerakan saja, tapi juga lokasinya,”ungkap Juhadi kepada radio Idola Semarang, pagi (22/12) tadi.

Salah satu pojok lab LINDU Universitas Negeri Semarang.(Foto: Juhadi)

Juhadi menambahkan, Lindu bukan alat satu-satunya untuk mencegah bencana alam. Semua tergantung pada manusianya. Banyak faktor yang memengaruhi. Termasuk kebijakan dari pemerintah.

Selengkapnya, berikut ini wawancara radio Idola Semarang bersama Profesor Juhadi, ahli geografi kebencanaan dari Universitas Negeri Semarang. (yes/her)

Simak podcast wawancaranya: