ilustrasi/istimewa

Semarang, Idola 92.6 FM – Di tengah pelbagai persoalan perekonomian, Indonesia masih menghadapi rendahnya produktivitas pekerjanya. Hal ini selain berdampak bagi perusahaan, juga pada daya saing bangsa.

Rendahnya produktivitas pekerja, memiliki dampak signifikan pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Apa lagi, produktivitas tenaga kerja Indonesia masih lebih rendah dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Singapura,  Malaysia, dan Thailand.

Data ILO pada tahun 2023 menunjukkan bahwa produktivitas pekerja Indonesia hanya 14 dollar AS per jam kerja, jauh di bawah Singapura (74 dollar AS), Malaysia (26 dollar AS), bahkan Thailand (15 dollar AS).

Salah satu penyebabnya adalah sistem kerja yang belum efisien. Masih banyak instansi dan perusahaan yang lebih menghargai kehadiran fisik daripada hasil kerja. Prosedur manual, birokrasi berlapis, serta budaya kerja yang lambat menjadi penghambat utama.

Perihal persoalan produktivitas ini, mengingatkan kita pada buku “Slow Productivity: The Lost Art of Accomplishment without Burnout” karya Cal Newport. Cal Newport menawarkan pendekatan baru dalam mengelola produktivitas dengan menekankan pentingnya melakukan pekerjaan dengan cara yang lebih alami dan seimbang. Beberapa insight penting dari buku tersebut:

Salah satu Prinsip Utama untuk mencapai produktivitas menurut penulis adalah:

– Hindari Kepalsuan Produktivitas: Newport membahas tentang “pseudo-produktivitas” atau kepalsuan produktivitas, yaitu ketika seseorang terlihat sibuk tetapi tidak menghasilkan sesuatu yang berarti.

Lalu, mesti dimulai dari mana kita mengurai problem “pseudo-produktivitas” bangsa Indonesia? Bagaimana cara membudayakan produktivitas tinggi?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarant berdiskusi dengan narasumber: Rizki Nuansa Hadyan, S.Psi, MM, Psikolog, CPHRM, CCP, C.Ht (Anggota Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi (APIO) Kota Semarang) dan Adhi S Lukman (Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI)). (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya: