Semarang, Idola 92.6 FM-Capaian pertumbuhan ekonomi ini dinilai mengejutkan. Sebab, selama triwulan II-2025 berbagai indikator ekonomi justru menunjukkan tanda pelemahan.

Rilis data pertumbuhan ekonomi yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Selasa 5 Agustus 2025 mengejutkan banyak pihak. Di tengah pelemahan daya beli, pesimisme konsumen, tekanan dunia usaha, dan ketidakpastian global yang menjadi-jadi, ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5,12 persen pada triwulan II tahun 2025.

Dilansir dari Kompas.id (06/08/2025), angka pertumbuhan 5,12 persen mengagetkan berbagai kalangan karena lebih tinggi dari ekspektasi. Awalnya, ekonom dan peneliti memperkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan II-2025 hanya di kisaran 4,7-4,8 persen secara tahunan.

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), yang prediksinya biasanya tidak terlalu jauh dari hasil akhir memperkirakan ekonomi tumbuh di kisaran 4,78-4,82 persen secara tahunan.

Sementara itu, konsensus 30 ekonom dalam survei Bloomberg memperkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan II-2025 hanya 4,8 persen secara tahunan. Para ekonom memproyeksikan pertumbuhan yang rendah karena sejumlah faktor sepanjang periode April-Juni 2025. Faktor itu mulai dari penurunan daya beli masyarakat, pesimisme konsumen dan pelaku industri, ketidakpastian ekonomi yang menghambat dunia usaha hingga dinamika global, seperti kemunculan tarif resiprokal Amerika Serikat dan tensi geopolitik yang menambah tekanan pada dunia usaha.

Bagi para ekonom, pertumbuhan ekonomi triwulan II-2025 juga mengejutkan karena lebih tinggi ketimbang triwulan I-2025 yang sebesar 4,87 persen. Padahal, pada triwulan II-2025, tidak ada faktor musiman yang bisa mendongkrak konsumsi masyarakat secara signifikan, seperti Ramadhan dan Lebaran.

Lalu, mengapa pertumbuhan ekonomi 5,12 persen mengejutkan? Apa saja faktor yang membuat ekonomi bisa tumbuh 5,12 persen? Apakah angka itu sejalan dengan indikator ekonomi lain?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber: Bhima Yudistira Adhinegara (Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS)) dan Adhi S Lukman (Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI)). (her/yes/dav)

Simak podcast diskusinya: