
Rembang, Idola 92,6 FM-Perajin batik Lasem lewat program Kartini Bangun Negeri (Kabari), menembus pasar internasional lewat karya ready to wear ramah lingkungan dan harga terjangkau.
Pasarnya sudah sampai ke Inggris dan Belgia, selain pasar domestik dalam negeri.
Project Manager Program Kabari Yullia Ayu mengatakan Kartini Bangun Negeri (Kabari) yang diinisiasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah sejak 2022 lalu itu, memberdayakan sejumlah perajin batik yang ada di Lasem, Kabupaten Rembang. Hal itu dikatakan saat ditemui di Omah Nyah Lasem, kemarin.
Yullia menjelaskan, tidak hanya perajin batik saja yang dirangkul tetapi juga desainer lokal di wilayah Rembang.
Pada tahun pertama digelar pelatihan kepada para perajin batik Lasem, hingga terbentuk produk yang disebut Jagad Phoenix.
Menurut Yullia, beranjak di tahun kedua adalah pelatihan terkait pembuatan motif batik Lasem hingga mewujudkan produk prototipe ready to wear dari Indigo.
Hasilnya, 80 persen produk yang dibuat berasal dari bahan alam Indigo.
“Produk kami fokus pada sustainable fashion, golek green product dan zero waste product. Jadi, ready to wear yang kami buat itu dari pola baju kemudian dibatik dan baru dijahit menjadi baju. Sehingga, kami tidak membuang motif-motif yang ada di kain batik pada umumnya,” kata Yullia.
Lebih lanjut Yullia menjelaskan, saat ini pihaknya mengampu enam rumah batik dan lima pembatik lokal dibantu para ilustrator untuk membuat motif dari budaya dan sejarah Lasem.
Dari budaya dan sejarah batik Lasem itu, kemudian direvitalisasi dan dikembangkan.
Sementara Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jateng Rahmat Dwisaputra menjelaskan, pihaknya ingin terlibat dalam pembinaan ekosistem batik di provinsi ini dan khususnya batik Lasem.
Menurut Rahmat, lewat program Kabari yang sudah dijalankan sejak 2022 lalu itu tujuannya untuk melestarikan dan meningkatkan nilai jual dari batik Lasem serta mengangkat kesejahteraan para pembatik.
“Bahwa pembatik-pembatik senior di Lasem ini sudah semakin berkurang. Jadi, adanya program Kabari ini bukan untuk menyaingi atau mematikan batik Lasem yang sudah ada di Rembang,” ucap Rahmat.
Lebih lanjut Rahmat menjelaskan, dari ketenaran atau kepopuleran dari batik Lasem itu pihaknya mencoba menjaga keberlangsungan dari kelestarian seni budaya masyarakat. (Bud)