Nawal Arafah Yasin, Ketua Tim Penggerak PKK Jateng.

Semarang, Idola 92,6 FM-Menteri keuangan di dalam lingkungan keluarga adalah ibu, seorang perempuan yang diharapkan dapat menguasai literasi atau pengetahuan terkait keuangan.

Oleh karenanya, perempuan harus dapat mengelola keuangan keluarga dengan lebih baik.

Ketua Tim Penggerak PKK Jawa Tengah Nawal Arafah Yasin mengatakan indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia, masih terhitung rendah. Pernyataan itu disampaikan saat menjadi pembicara di acara webinar yang diadakan OJK Jateng secara daring, belum lama ini.

Menurut Nawal, berdasarkan laporan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) OJK 2022 disebutkan jika tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia sebesar 49,68 persen.

Berdasarkan gender, indeks literasi keuangan perempuan masih di bawah indeks literasi laki-laki.

Nawal menjelaskan, indeks literasi keuangan perempuan sebesar 36,13 persen dan indeks literasi keuangan laki-laki mencapai 39,94 persen.

“Perempuan mungkin tahu perbankan dan tabungan, tetapi perempuan belum memiliki pemahaman yang mendalam tentang cara kerja lembaga, produk dan jasa keuangan serta manfaat dan risiko-risikonya. Sehingga, perempuan tidak banyak yang memanfaatkan sistem, lembaga, produk dan jasa keuangan untuk kepentingan kemandirian ekonomi dan keuangan perempuan,” kata Nawal.

Lebih lanjut Nawal menjelaskan, beragam tantangan yang mengakibatkan tingkat literasi keuangan perempuan masih rendah ketimbang laki-laki.

Yakni ketidakadilan gender yang dialami perempuan, seperti dihadapkan pada beban ganda bekerja dan mengurus rumah tangga dan bukan pengambil keputusan utama, terutama pada urusan besar.

Tantangan berikutnya, jenis pekerjaan dan penghasilan perempuan yang rendah.

“Tantangan ketiga, adalah akses informasi dan pengetahuan keuangan yang rendah. Perempuan masih jarang mendapatkan kesempatan pelatihan-pelatihan terkait dengan keuangan. Perempuan juga sering menjadi target kejahatan terkait perbankan dan keuangan, seperti penipuan, pencucian uang, jeratan hutang online, kredit online ilegal, investasi bodong, peretasan/pencurian data, dan sebagainya,” jelasnya.

Direktur Pengawasan OJK Jateng Tisa Retnani menambahkan, dengan perkembangan teknologi saat ini dunia terasa dalam genggaman.

Karenanya, dibutuhkan literasi dan pemahaman tentang keuangan menjadi penting.

“Para perempuan harus menjadi lebih cerdas dalam mengelola keuangan. Jika perempuan sebagai menteri keuangan tidak bisa mengelola dengan baik, apa yang sudah didapatkan tetap tidak akan cukup,” ucap Tisa. (Bud)

Artikel sebelumnyaPeringatan Waisak di Borobudur Sukses, Sebab PLN Kasih Keandalan Listrik
Artikel selanjutnyaSekda Jateng Minta Tanah Wakaf Sawah Tak Beralih Fungsi