photo/istimewa

Semarang, Idola 92.6 FM – Lagi dan lagi. Kekerasan di sekolah yang mengakibatkan korban jiwa seolah tak kunjung berakhir. Terkini, seorang anak berusia delapan tahun kelas 2 SD, di Kabupaten Indragiri Hulu, Riau, dipukul, sakit, kemudian meninggal dunia. Korban meninggal pada Senin 26 Mei 2025 setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Indrasari Rengat, Indragiri Hulu.

Orangtua korban telah melapor kepada polisi. Lima terlapor merupakan teman dan kakak kelas korban. Menurut Kepala Polres Indragiri Hulu Ajun Komisaris Besar Fahrian Saleh Siregar, terdapat bekas-bekas kekerasan “benda tumpul” pada jenazah korban. Kasus ini pun saat ini tengah diusut kepolisian.

Kasus dugaan perundungan anak di sekolah yang berujung kematian perlu menjadi perhatian serius semua pihak. Apalagi, kekerasan terjadi di lingkungan sekolah.

Mengingat kasus-kasus bullying atau perundungan di sekolah tak kunjung berakhir …. perlukah diselesaikan ala ‘barak militer’ sebagaimana dilakukan oleh Kang Dedi Mulyadi (KDM) di Jawa Barat? Adakah cara lain yang lebih strategis dalam memutus mata rantai kekerasan di sekolah hingga tak ada lagi korban di kemudian hari?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber  Psikolog Anak/ Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi. (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya: