Penampilan maestro gitar klasik Indonesia, Jubing Kristianto, memukau penonton Konser Amal untuk Sekolah Hidup Indonesia bertajuk “Konser untuk Sahabat 3.0” yang digelar di Ballroom Borobudur Hotel Santika Premiere Semarang, Sabtu (20/12). Konser amal ini digelar untuk mendukung kegiatan Sekolah Hidup Indonesia di Bandung yang didirikan sahabatnya, Ananda Buddhisuharto. (Foto Dok. Radio Idola Semarang)

Semarang, Idola 92.6 FM-Penampilan maestro gitar klasik Indonesia, Jubing Kristianto, memukau penonton Konser Amal untuk Sekolah Hidup Indonesia bertajuk “Konser untuk Sahabat 3.0” yang digelar di Ballroom Borobudur Hotel Santika Premiere Semarang, Sabtu (20/12). Konser amal ini digelar untuk mendukung kegiatan Sekolah Hidup Indonesia di Bandung yang didirikan sahabatnya, Ananda Buddhisuharto.

Bagi Jubing, Semarang memiliki makna istimewa. Kota ini merupakan tempat kelahirannya sekaligus lokasi ia tumbuh besar. Setelah 15 tahun tidak menggelar konser publik di kota kelahirannya, Jubing mengaku rindu kembali menyapa para sahabat dan penggemarnya di Semarang.

Semarang dipilih sebagai lokasi penggalangan dana dengan pertimbangan khusus. Jubing dan Ananda merupakan sahabat lama yang lahir dan tumbuh di Kota Lumpia, bahkan pernah menempuh pendidikan di sekolah yang sama, yakni SMP Domenico Savio dan SMA Kolese Loyola. Karena itu, konser ini juga menjadi momen temu kangen bagi mereka.

Jubing membawakan sekitar 20 lagu dengan sentuhan aransemen khasnya selama sekitar dua jam. Ini termasuk lagu andalan, “Becak Fantasy.” Penampilan tersebut benar-benar memukau penonton yang bertepuk tangan dengan antusias.

Dalam konser tersebut, Jubing mempersembahkan 20 lagu yang diantaranya lagu-lagu karyanya sendiri. Di antaranya “Becak Fantasy”, “Kaki Langit”, dan juga aransemen solo gitar lagu “Selalu Ada di Nadimu”, soundtrack film Jumbo. Lagu ini untuk pertama kalinya ia mainkan di hadapan publik.

Saat konser, Jubing menampilkan segenap kemampuannya. Ia seringkali memejamkan mata saat membawakan lagu demi lagu selama konser. Hal itu membuatnya tampak larut dalam melodi gitar. Meskipun tampil di depan para guru, mantan kepala sekolah, dan rekan-rekan sekolahnya, ia seolah-olah menghindari suasana panggung dan rasa canggung.

Penampilan maestro gitar klasik Indonesia, Jubing Kristianto, memukau penonton Konser Amal untuk Sekolah Hidup Indonesia bertajuk “Konser untuk Sahabat 3.0” yang digelar di Ballroom Borobudur Hotel Santika Premiere Semarang, Sabtu (20/12). Konser amal ini digelar untuk mendukung kegiatan Sekolah Hidup Indonesia di Bandung yang didirikan sahabatnya, Ananda Buddhisuharto. (Foto Dok. Radio Idola Semarang)

Meskipun fokusnya pada permainan musik, Jubing masih berusaha membangun hubungan dengan penonton. Ia bercanda, bercerita, dan menarik perhatian penonton sesekali, salah satunya saat membawakan lagu band terkenal Queen, “Bohemian Rhapsody.” Konser tersebut benar-benar menunjukkan standar musik Jubing.

Penggas Sekolah Hidup Indonesia yang juga Project Director Konser Amal untuk Sekolah Hidup Indonesia, Ananda Buddhisuharto, mengatakan, selain menjadi hiburan, acara ini menjadi medium agar publik Semarang ikut terhubung dengan gerakan pendidikan alternatif yang dikerjakan Sekolah Hidup Indonesia.

Pendiri Sekolah Hidup Indonesia yang juga penggagas kegiatan konser mengatakan, konser serupa dengan tujuan yang sama pernah dilakukan sekitar 15 tahun yang lalu. “Konser ini dipersembahkan untuk kegiatan sosial Sekolah Hidup Indonesia yang berbasis di Bandung. Namun, kami berharap nilai dan dampaknya juga bisa dirasakan di Semarang, kota kelahiran saya dan Jubing,” ujar Ananda.

Bagi Ananda dan Jubing, kembali ke Semarang bukan sekadar nostalgia. Ia menyebut SMA Kolese Loyola, di kota kelahirannya sebagai tempat ia belajar nilai dasar kedisiplinan, tanggung jawab, dan komitmen pada sesama, nilai yang kemudian menghidupi spirit SHI hingga hari ini.

“Persahabatan bisa menjadi ruang belajar. Dan lewat musik, kami ingin mengajak orang merayakan itu,” ujarnya.

Menurut Ananda, hasil yang mereka dapatkan dari konser amal tersebut nantinya akan digunakan untuk merenovasi fasilitas sekolah. Fokusnya membangun ruangan tertutup agar kegiatan lebih bermanfaat dan terstruktur.

Semantara, salah satu penonton, Fandi yang merupakan generasi Z mengaku tertarik dengan konser yang disuguhkan oleh Jubing. Ini adalah pertama kalinya dia menyaksikan konser Tunggal Jubing.

“Perasaanya senang dan terpukau dengan kehebatan sang maestro gitar jubing kristianto. Ini pengalaman pertama saya menonton Jubing,” sebut Fandi. (sya/her)