Presiden RI Prabowo Subianto menyoroti bahwa saat ini perdagangan dan keuangan global dimainkan sebagai senjata politik di dunia. Hal tersebut disampaikan Prabowo saat menghadiri BRICS Leaders Virtual Meeting, Senin (8/9) malam. (Foto. Dok Biro Pers Sekretariat Presiden)

Jakarta, Idola 92.6 FM-Presiden RI Prabowo Subianto menyoroti bahwa saat ini perdagangan dan keuangan global dimainkan sebagai senjata politik di dunia. Hal tersebut disampaikan Prabowo saat menghadiri BRICS Leaders Virtual Meeting, Senin (8/9) malam.

“Dalam dunia dengan ketidakpastian ini, ada juga double dan bahkan triple standard di mana hukum internasional di setiap hari diabaikan, di mana yang berkuasa adalah yang benar, di mana negara kecil yang kurang berkuasa terintimidasi, di mana perdagangan dan keuangan menjadi senjata, kami menganggap saat ini saatnya BRICS terus berkembang,” ujar Prabowo, dalam siaran pers Biro Pers Sekretariat Presiden.

Lebih lanjut, Prabowo mendukung langkah-langkah yang di ambil BRICS dalam memperkuat kerja sama multilateral. “Kami mendukung inisiatif-inisiatif yang diambil, kami menghormati kepemimpinan Presiden Lula, dan Indonesia berkomitmen untuk bekerja lebih dekat dengan semua negara BRICS,” katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Prabowo juga mengatakan hadirnya BRICS menjadi pilar kuat dalam tatanan ekonomi global. “Oleh karena itu, BRICS berkembang menjadi pilar kekuatan. Indonesia mendukung keberlanjutan. Kita harus terus bekerja dengan lebih dekat bersama. Kita harus berkonsultasi dengan satu sama lain,” ungkapnya.

Selamat atas dilantiknya Hadi Santoso, Ketua DPW PKS Jawa Tengah.

“Kita harus menjaga keterbukaan, kita harus teruskan koordinasi dan kerja sama ini,” lanjutnya.

Turut hadir dalam BRICS Leaders Virtual Meeting, yaitu Presiden China Xi Jinping, Presiden Brazil Lula da Silva, Presiden Rusia Vladimir Putin, Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Khaled bin Mohamed bin Zayed AlNahyan, Presiden Iran Masoud Pezeshkian, Menteri Urusan Luar Negeri India Jaishhankar yang mewakili PM India Narendra Modi, Presiden Mesir Abdel Fattah Elsisi, dan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa. (her/dav)