Asisten Ekonomi dan Pembangunan Setda Jateng Sujarwanto Dwiatmoko menyampaikan soal capaian EBT di wilayah Jateng.

Semarang, Idola 92,6 FM-Pemprov Jawa Tengah serius mengembangkan Energi Baru Terbarukan (EBT), sebab realisasi pada 2024 kemarin bauran EBT di provinsi ini telah mencapai 18,58 persen dari target 21,32 persen pada 2025.

Guna mengejar target tersebut, semua pihak dilibatkan mulai dari perusahaan dan pemuda hingga pemerintah desa untuk menggunakan energi ramah lingkungan.

Asisten Ekonomi dan Pembangunan Setda Jateng Sujarwanto Dwiatmoko mengatakan dalam ajang Central Java Youth Sustainability Forum 2025, bertujuan untuk mengubah pola pikir dan perilaku mengenai penggunaan EBT yang selama ini dianggap susah dan mahal. Hal itu dikatakan saat menjadi pembicara terkait energi terbarukan di Semarang, pekan kemarin.

Sujarwanto menjelaskan, ajang CJYSF 2025 mengikutsertakan pemuda dan pemerintah desa juga sektor swasta dalam pembangunan berkelanjutan.

“Bagian ini adalah cara kita mengejar, membuat kesadaran (mindset) orang bahwa Energi Baru Terbarukan memang dibutuhkan orang juga penting. Kini di Jawa Tengah, juga telah banyak sektor industri yang mengonsumsi energi terbarukan seperti panel surya. Selain memenuhi permintaan konsumen, juga karena produsen panel surya telah berproduksi di kawasan industri Kendal dan Demak,” kata Sujarwanto.

Kepala Dinas ESDM Jateng Boedyo Dharmawan menambahkan, kegiatan tersebut sekaligus upaya mendukung program Net Zero Emission 2060.

Menurut Boedyo, catatan Dinas ESDM Jateng menyebut jika tingkat bauran EBT hingga akhir 2024 telah mencapai 18,58 persen dari target 21,32 persen pada 2025.

Sejumlah infrastruktur EBT telah dibangun di antaranya pembangkit listrik mikro hidro sebesar 6 megawatt, pembangkit listrik mini hidro 31 megawatt dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) 322 megawatt

Selain itu juga pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sebesar 46 megawatt, pemanfaatan biogas dengan kapasitas sebesar 40 ribu meter kubik, pembangkit listrik dari sampah (PLTSa) sebesar 5 megawatt dan pembangkit listrik panas bumi sebesar 60 megawatt.

“Ini penting, transisi energi kita sosialisasikan ke seluruh masyarakat, untuk mengubah sikap perilaku menuju energi hijau, berkelanjutan, dan terbarukan, sebagai pengganti energi fosil. Di tangan kaum muda, nantinya mengenal memberi edukasi dan berkontribusi nyata,” ucap Boedyo. (Bud)