Semarang, Idola 92,6 FM-OJK Jawa Tengah bersama Dinas Pendidikan dan Kantor Wilayah Kementerian Agama Jateng-DIY, menggelar pelatihan Training of Trainers (ToT) kepada tiga ribuan guru di wilayah Jateng-DIY di Semarang, kemarin.
Tujuan pelatihan, untuk meningkatkan literasi keuangan kepada para guru yang memiliki peran penting dalam memerkuat pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia.
Kepala OJK Jateng Hidayat Prabowo mengatakan kegiatan tersebut di samping memeringati Hari Pendidikan Nasional 2025, juga dalam rangka Bulan Literasi Keuangan dengan tema ‘Guru Tangguh, Pendidikan Tumbuh Menyongsong Jawa Tengah dan Jogjakarta Maju’.
Hidayat menjelaskan, berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025diketahui jika tingkat literasi keuangan di Indonesia mengalami peningkatan menjadi 66,46 persen.
Namun, untuk kalangan pelajar dan mahasiswa tercatat jika tingkat literasi keuangannya masih 61,76 persen.
“Di sinilah peran strategis para guru sangat diperlukan sebagai duta literasi keuangan, yang tidak hanya memahami pentingnya pengelolaan keuangan yang bijak, namun juga mampu menularkan pengetahuan tersebut kepada para siswa-siswa dan rekan sejawat,” kata Hidayat.
Menurut Hidayat, dari pelatihan ToT literasi keuangan yang diberikan kepada para guru itu akan bermanfaat dalam pengenalan dan edukasi kepada para siswa didiknya.
Termasuk bagaimana memanfaatkan layanan keuangan secara bijak, mengenali risiko investasi ilegal serta memahami perlindungan konsumen di sektor jasa keuangan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan serta terhindar dari kejahatan digital di sektor keuangan.
Kepala Bidang Pembinaan Ketenagaan Pendidikan dan Kebudayaan Dinas Pendidikan Jateng Nasikin mengapresiasi inisiasi OJK, dalam memberikan pelatihan bagi para guru se-Jateng-DIY.
“Peran guru yang tidak bisa digantikan, sangat vital dan strategis. Dengan adanya kegiatan ini akan menambah literasi keuangan para guru dalam proses pembelajaran. Kemajuan dan tantangan, kalau tidak disikapi dengan cukup bekal pengetahuan maka kita tidak bisa mengawal pendidikan dengan baik,” ucap Nasikin. (Bud)