Semarang, Idola 92,6 FM-Pertamina International Shipping (PIS) menegaskan posisinya sebagai katalisator transformasi maritim nasional, dengan mengusung tiga strategi utama dalam ajang Indonesia Maritime Week (IMW) 2025 yang berlangsung diJakarta International Convention Center (JICC).
Langkah PIS sejalan dengan seruan Sekretaris Jenderal International Maritime Organization (IMO) Arsenio Dominguez, yang menekankan pentingnya aksi nyata dalam mendorong efisiensi dan keberlanjutan di sektor maritim global.
Direktur Keuangan PIS Diah Kurniawati mengatakan ada tiga strategi utama yang menjadi fondasi pertumbuhan berkelanjutan perusahaan, yang kini telah berlayar di lautan internasional. Pernyataan itu disampaikan melalui siaran pers, kemarin.
Diah menjelaskan, langkah pertama melalui peningkatan kapabilitas infrastruktur domestik seperti terminal dan pelabuhan dan kedua melalui diversifikasi kargo seperti petrokimia dan dry bulk.
Kemudian yang ketiga berfokus pada pengembangan teknologi baru, serta sumber daya manusia guna meningkatkan efisiensi operasional.
“Kami terus memperkuat daya saing PIS di tingkat global, dengan mengedepankan efisiensi,keberlanjutan, dan teknologi terkini. Tiga strategi ini dirancang untuk menjadikan PIS sebagai pelaku utama di rantai logistik energi Asia,” kata Diah.
Menurut Diah, PIS juga menyoroti inisiatif berbasis prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) yang telah dijalankan seperti pengembangan green shipping, green ports serta sistem pelacakan data real-time untuk mendukung keselamatan pelaut dan efisiensi energi.
“Dari perspektif peran saya sebagai CFO, visi saya adalah menjadikan Indonesia pusat global untuk logistik maritim yang berkelanjutan dan cerdas. Ini berarti pelabuhan dan armada terintegrasi secara digital dan didukung oleh energi bersih,” jelasnya.
Sementara Sekjen IMO Arsenio Dominguez menyatakan, Asia dan terutama Indonesia memiliki potensi besar di industri maritim.
Sebab, 95 persen pembuatan kapal di dunia berada di Asia dan pelabuhan pelabuhan besar dunia juga ada di Asia.
“Transaksi impor ekspor sebanyak 40-60 persen ada di Asia. Begitu juga pelaut, Asia masuk empat besar pemasok pelaut di dunia dan Indonesia ada di peringkat ketiga,” ujar Arsenio.
Arsenio juga menekankan pentingnya peran digitalisasi dalam industri maritim.
“Kemudian ada penggunaan digitalisasi, alat-alat yang telah kita bicarakan di sini. Kita dapat meningkatkan efisiensi kapal yang beroperasi di laut, dan juga operasi pelabuhan, dengan memanfaatkan teknologi yang saat ini sudah tersedia,” ujar Arsenio. (Bud)