Semarang, Idola 92,6 FM-Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah menyebut, inflasi di provinsi ini masih terkendali seiring dengan pasokan komoditas pangan yang terjaga.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jateng Rahmat Dwisaputra mengatakan pada Mei 2025 kemarin, provinsi ini mengalami deflasi sebesar 0,49 persen (mtm) dan lebih rendah dibanding angka nasional yaitu -0,37 persen (mtm). Pernyataan itu disampaikan melalui siaran pers, kemarin.
Rahmat menjelaskan, deflasi di Jateng pada Mei 2025 juga lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat inflasi sebesar 1,38 persen (mtm).
Hal itu seiring dengan pasokan pangan yang terjaga.
“Secara tahunan, inflasi Provinsi Jawa Tengah sebesar 1,66 persen, sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 1,60 persen. Secara spasial, seluruh kota pantauan inflasi di Jawa Tengah mengalami deflasi,” kata Rahmat.
Menurut Rahmat, penurunan tekanan inflasi terutama disebabkan penurunan harga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau seiring pasokan komoditas strategis yang mencukupi.
Komoditas utama penyumbang deflasi adalah bawang merah, sejalan dengan normalisasi setelah kenaikan harga pada Maret-April 2025 dan memasuki masa panen di sentra bawang merah.
“Cabai rawit dan cabai merah juga mengalami deflasi, seiring dengan normalisasi permintaan setelah libur panjang Idul Fitri serta memasuki masa panen di beberapa sentra produksi. Komoditas bawang putih juga mencatatkan penurunan harga yang dirasakan mulai dari tingkat distributor,” jelasnya.
Lebih lanjut Rahmat menjelaskan, untuk menjaga inflasi berada pada rentang sasaran maka Bank Indonesia bersama para pemangku kepentingan yang tergabung di Forum TPID Jateng akan terus berkoordinasi dan bekerja sama melaksanakan berbagai program pengendalian inflasi.
Program pengendalian inflasi ditujukan, untuk menjaga kecukupan pasokan dan kelancaran distribusi barang/komoditas di Jateng sehingga inflasi dapat terjaga di rentang sasaran 2,5±1 persen. (Bud)