Semarang, Idola 92.6 FM – Dalam sebuah buku yang ditulis oleh Garin Nugroho, dijelaskan bahwa dulu bangsa Eropa sudah melalui “budaya baca dan tulis” dalam waktu yang sangat panjang sebelum munculnya televisi, yang mengubah budaya baca menjadi budaya ‘nonton’.
Sementara kita, begitu lama masyarakat Indonesia berada dalam “budaya lisan.” Belum sempat memasuki budaya baca, kita sudah harus “melompat” ke budaya nonton seiring munculnya televisi. Bahkan, kini masyarakat sudah harus beradaptasi dengan munculnya sosial media dan kecerdasan buatan (AI).
Kecerdasan buatan, bukan lagi sekadar eksperimen teknologi baru. Kemajuan teknologi ini bahkan telah menjadi kekuatan yang membentuk kembali cara kita hidup, bekerja, dan belajar. Teknologi AI hadir untuk menetap dalam jangka panjang. Oleh karena itu, kita perlu menyiapkan anak-anak, bahkan semua orang, untuk belajar menggunakannya secara bertanggung jawab.
Lalu, bagaimana cara kita membangun kemampuan literasi masyarakat kita? Siapa yang harus menyadarkan dan membangun kemampuan literasi? Di era kecerdasan buatan saat ini, literasi macam apa yang dibutuhkan?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber Pengamat Pendidikan Universitas Negeri Surabaya, Dr Martadi, M.Sn. (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: